Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perguruan Tinggi di Indonesia: Membludak & Berkualitas Rendah

Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Indonesia, Edy Suandi Hamid, menyebut pertumbuhan perguruan tinggi di Indonesia membludak dalam sepuluh tahun terakhir.
Ilustrasi lulus perguran tinggi/telegraph.co.uk
Ilustrasi lulus perguran tinggi/telegraph.co.uk

Kabar24.com, JAKARTA-- Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Indonesia, Edy Suandi Hamid, menyebut pertumbuhan perguruan tinggi di Indonesia membludak dalam sepuluh tahun terakhir.

Tapi, peningkatan kualitas itu tak disertai membaiknya kualitas pendidikan tinggi. Indonesia masih tertinggal jauh dari Malaysia, Singapura, bahkan Brunei Darussalam.

"Tak ada satu pun perguruan tinggi kita yang masuk peringkat 300 besar dunia," kata Edy di Menara Kadin, Kamis (4/6/2015).

Menurut Edy, alasan perguruan tinggi Indonesia masih kalah bersaing adalah, karena kampus lebih banyak mengajarkan teori dibanding praktik. Beban teori di perguruan tinggi Indonesia mencapai 80 persen, sisanya ilmu yang dapat diaplikasikan.

Padahal, kata Edy, negara lain justru menitikberatkan pada praktik. Misalnya, Korea yang perguruan tingginya mengajarkan 60 persen ilmu aplikasi. Akibatnya, lulusan perguruan tinggi Indonesia sulit bersaing.

"Perusahaan butuh waktu lama mendidik sarjana Indonesia yang lebih banyak tahu teori," ucap Edy.

Perencanaan

Selain itu, Edy menyayangkan pemerintah tidak membuat perencanaan tenaga kerja nasional. Pemerintah, kata Eddy, tidak pernah memetakan sarjana di bidang apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan berapa jumlahnya.

"Akhirnya permintaan dan suplai tidak match," kata Edy.

 "Misalnya yang dibutuhkan engineer tapi sarjana yang banyak tersedia adalah sarjana ekonomi."

Indonesia bahkan jauh tertinggal dibanding Jepang. Ketua Kamar Dagang dan Industri Suryo Bambang Sulisto mengatakan, lulusan sekolah vokasional di Jepang bahkan berkualitas lebih baik dari sarjana Indonesia.

"Tenaga ahli di sana tidak perlu sarjana," kata Suryo.

Suryo menyebut, dunia industri masih menganggap lulusan Indonesia kurang berkualitas. Melalui Kadin, Suryo mendorong perusahaan agar memanfaatkan dana corporate social responsibility untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia. 

APTISI dan Kadin hari ini menandatangani nota kesepahaman untuk meningkatkan kerja sama antara bidang industri dan kampus. Kesepakatan meliputi program beasiswa, magang, dan pelatihan kewirausahaan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper