Bisnis.com, JAKARTA - Praktisi bahan kimia dari Petrodyne, sebuah perusahaan pemasok kemasan plastik, Harry Nazaruddin, membeberkan sejumlah kabar menyesatkan soal beredarnya beras plastik. Menurut alumni Ilmu Kimia Institut Teknologi Bandung dan Ilmu Material Universitas Indonesia itu, orang Indonesia perlu lebih teliti lagi membedakan antara beras plastik dengan beras asli.
"Plastik, kalau direbus air, tidak akan pernah menjadi bubur!" kata Harry lewat pesan singkat, Jumat (22/5/2015).
Harry mengomentari tayangan stasiun televisi nasional yang menyajikan perbedaan antara bubur dari beras asli dan beras plastik. Selain itu, kata Harry, orang Indonesia juga harus cermat memahami video berjudul Proses Pembuatan Beras Palsu Berbahan Plastik asal China yang beredar di Youtube sejak 19 Mei 2015.
"Video ini (justru) menunjukkan proses pembuatan biji plastik yang disebut extrusion, mesinnya namanya extruder. Tak ada yang menunjukkan orang-orang ini (di video) sedang bikin 'beras plastik'! Embel-embel asal China juga ngasal," katanya.
Menurut Harry, sifat utama plastik turunan hidrokarbon adalah hidrofobik atau tak suka air karena bahan dasarnya adalah minyak bumi dan berstruktur kimia nonpolar.
Berapa pun lamanya plastik direbus, paling-paling cuma basah atau kecoklatan tapi tak pernah menjadi bubur. "Mau direbus sampai Indonesia menang piala dunia sepakbola sekalipun, (beras plastik) tak akan lembek," katanya.
Sebenarnya, kata Harry, cukup mudah membedakan beras plastik dengan beras asli. Beras plastik akan mengambang di air. Harry juga membantah teori beras plastik yang terbuat dari kentang atau umbi yang dilapisi plastik.
"Sebagai engineer, saya nggak kebayang bagaimana caranya melapisi umbi dengan plastik," katanya.
Sebelumnya, Kepala Bagian Pengujian Laboratorium PT Sucofindo Adisam Z.N. mengatakan, berdasarkan hasil uji laboratorium, beras yang diduga mengandung plastik itu benar.
Hasil pengujian menyebutkan terdapat senyawa plasticizer, antara lain BBP (benzyl butyl phthalate), DEHP (bis (2-ethylhexyl phthalate), dan DINP (diisononyl phthalate) dalam sampel beras yang diuji. Kandungan itu terdapat dalam bahan-bahan pembuat pipa, kabel, dan barang lain yang terbuat dari plastik.
Isu beras plastik ini heboh setelah ada laporan dari Dewi Septiani, 29 tahun. Penjual nasi uduk di Perumahan Mutiara Gading Timur, Bekasi, itu dituding menjadi orang yang menyebarkan temuan beras plastik. Menurut Dewi, beras yang ia beli rasanya aneh dan seperti plastik.