Bisnis.com, BOGOR - Warga Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, melayangkan tiga tuntutan pada PT Forta Larese yang dinilai tidak memberikan kontribusi apa pun pada warga setempat.
Muhammad Suherman, koordinator warga Desa Cijujung, mengatakan ketiga tuntutan itu antara lain pelebaran jalan satu meter untuk akses masuk, pemberian CSR untuk warga setempat dan penghapusan praktik suap untuk menjadi karyawan perusahaan tersebut.
"Kami meminta tiga tuntutan itu pada pihak perusahaan karena sejak pabrik ini berdiri pada 1970, perusahaan tidak pernah berkontribusi pada warga setempat. Jadi wajar apabila kami meminta," katanya saat menggelar unjuk rasa, Selasa (19/5/2015).
Seperti diketahui, PT Forta Larese adalah perusahaan sepatu boot safety bermerek Cheetah. Perusahaan itu berlokasi tepat di kawasan Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
Untuk masuk ke Desa Cijujung, warga harus melewati gang yang lebarnya sekitar dua meter. Sepanjang gang itu, berdiri benteng bangunan pabrik PT Forta Larese. Warga ingin benteng tersebut bergeser ke dalam areal pabrik agar akses ke desa itu lebih luas.
Dalam tuntutannya, pihaknya juga meminta agar irigasi yang berada di areal pabrik itu diaktifkan kembali. Pasalnya, limbah air dari pabrik sepatu itu sesekali mengganggu lingkungan warga setempat.
Dia menambahkan tuntutan yang diajukan pada PT Forta Larese adalah peringatan dari warga Desa Cijujung. Massa pengunjuk rasa rasa, kata dia, berasal dari gabungan RW 03, RW 10 dan RW 13.
"Kami akan terus menggelar aksi apabila tidak ada kesepakatan yang baik buat warga," ujarnya.
Tolak Permintaan
Dihubungi terpisah, Manager PT Forta Larese Frangky Tumbelaka mengatakan pihaknya tidak bisa memberikan permintaan terkait pelebaran jalan sesuai yang diinginkan warga.
Franky menuturkan pihak perusahaan telah menyampaikan alasan penolakan pelebaran jalan tersebut saat audiensi dengan perwakilan warga. Dengan terpaksa, katanya, pihaknya tidak bisa membongkar benteng yang sudah jadi.
Selain itu, pihaknya juga membantah tudingan warga yang menyebutkan PT Forta Larese tidak pernah memberikan kontribusi terhadap warga. Dia mengatakan perusahaan kerap memberikan dana corporate social responsibility (CSR) baik untuk sumbangan mesjid ataupun santunan anak yatim.
"Kalau untuk masalah CSR atau sumbangan apa pun, masa kami harus mengumumkan ke setiap orang bahwa kami suka memberi, kan tidak perlu," ujarnya.
Menurutnya, justru PT Forta Lasere telah merangkul ketua rukun warga setempat untuk bekerja sama dalam mengolah limbah hasil pabrik sepatu yang diproduksinya.
"Kami kan punya limbah kulit bekas hasil produksi sepatu, nah kulit limbahnya itu kami jual ke warga setempat dengan harga rendah," katanya.
Dia menambahkan terkait sogokan warga setempat yang ingin bekerja di perusahaannya, pihaknya tidak mengetahui telah terjadi praktik suap menyuap pada perusahaannya itu.
"Memang dua tahun lalu ada oknum karyawan kami yang melakukan praktik suap agar warga kerja di sini, tapi kami sudah pecat oknum tersebut. Kalau saat ini kami tidak tahu. Atau jangan-jangan warga membawa isu lama itu lagi saat unjuk rasa," katanya.
Franky menjelaskan PT Forta Larese saat ini memiliki sekitar 300 karyawan. 25% karyawan yang direkrut adalah warga Desa Cijujung d isekitar pabrik.
"Dan kami imbau apabila ada warga menemukan oknum pegawai kami yang main suap terkait rekrutmen lagi, tolong laporkan untuk kami tindak. Kami kan tidak tahu kalau tidak ada laporan," ujarnya.