Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PEREKONOMIAN SUMSEL: Bakal Bergantung Kepada CPO

Perekonomian Sumatra Selatan dinilai akan bergantung pada komoditas kelapa sawit sepanjang tahun ini dibanding komoditas ekspor lainnya mengingat geliat industri yang meningkat diiringi perbaikan harga minyak sawit mentah.
Kelapa sawit yang menghasilkan crude palm oil bakal menjadi andalan perekonomian Sumsel./JIBI
Kelapa sawit yang menghasilkan crude palm oil bakal menjadi andalan perekonomian Sumsel./JIBI

Bisnis.com, PALEMBANG -- Perekonomian Sumatra Selatan dinilai akan bergantung pada komoditas kelapa sawit sepanjang tahun ini dibanding komoditas ekspor lainnya mengingat geliat industri yang meningkat diiringi perbaikan harga minyak sawit mentah.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumsel Sumarjono Saragih mengatakan pertumbuhan ekonomi Sumsel akan sulit mengandalkan komoditas karet atau batu bara.

"Seperti yang kita tahu industri karet Sumsel masih lesu karena harga dan belum adanya hilirisasi, kita [Sumsel] sedikit tertolong oleh ekspor CPO,"katanya saat Dialog Interaktif Peringatan Hari Buruh, Rabu (29/4).

Menurutnya, saat ini berbagai sektor usaha di Sumsel sedang lesu akibat daya beli masyarakat yang rendah. Sementara sektor perkebunan, terutama CPO, relatif terjaga karena permintaannya stabil.

"Kalau karet masih butuh waktu lama karena hilirisasinya belum jalan, banyak persiapan seperti harus bangun pabrik dulu," ujarnya.

Dia mengatakan  bisnis CPO yang merupakan salah satu sektor andalan Sumsel ditopang oleh kondisi nilai tukar rupiah yang masih melemah terhadap dolar Amerika, sehingga eksportir minyak sawit mentah terus menggeliati usahanya.

"Akan tetapi harga CPO dunia ini trennya cenderung menurun di mana pernah mencapai harga terbaik senilai US$1.100 per metrik ton pada 2011 sekarang hanya separuhnya sekitar US$500-600 per metrik ton," paparnya.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan nilai ekspor CPO Sumsel mencapai US$44,67 juta. Komoditas itu berkontribusi sebanyak 12,41% dari total ekspor non migas Sumsel.

Sumarjono melanjutkan industri CPO juga masih mendapat banyak tantangan terutama dari negara lain yang bukan produsen CPO.

Oleh karena itu, pihaknya meminta pemerintah untuk segera menerapkan pemakaian biodiesel wajib 15% untuk pencampuran BBM.

Dengan program tersebut, kata dia, maka konsumsi CPO dalam negeri bisa meningkat sebanyak 3--4 juta metrik ton.

"Kalau pemakaian dalam negeri meningkat maka suplai ke luar akan berkurang, kondisi itu bisa meningkatkan harga CPO,"katanya.

Dia mengatakan penerapan program B15 bisa menaikkan harga minyak sawit mentah minimal 10% dari harga sekarang.

Berdasarkan catatan Apindo Sumsel, produksi CPO Sumsel ditargetkan sebanyak 2,7 juta metrik ton atau 8% dari target produksi nasional.

Produksi CPO itu berasal dari 61 pabrik kelapa sawit yang tersebar di sejumlah kabupaten, terutama di Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin dan Musi Rawas.

Sementara itu, Pimpinan Gapki Sumsel Harry Hartanto menambahkan pemakaian biodiesel dalam negeri merupakan salah satu prospek bisnis hilirisasi sawit, selain oleo chemical dan minyak goreng.

"Di sektor hilir banyak potensinya, seperti pembuatan oleochemical, industri minyak goreng dan biodiesel," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dinda Wulandari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper