Bisnis.com, JAKARTA - Harlah Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) ke-81 yang diselenggarakan pada Jumat (24/4/2015) malam menjadi tonggak sejarah bagi organisasi kepemudaan Nahdhatul Ulama (NU) tersebut untuk bertransformasi menjadi organisasi modern yang tetap berpegang pada nilai-nilai nahdhiyyah.
Terlebih, dalam harlah tersebut sekaligus juga peresmian masjid yang diberi nama KH Abdurrahman Wahid, yang bagi GP Ansor menjadi figur teladan dan inspirasi dalam memperjuangkan kebhinekaan, pluralisme, dan ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin.
"Ansor yang sudah berusia 81 tahun, berarti selama ini mendatangkan manfaat di muka bumi. Jamaah Ansor itu besar, tetapi belum menjadi jamaah yang solid, belum jadi kekuatan terorganisir. Ke depan jamaah harus membumi untuk lebih mendatangkan manfaat di bumi," kata Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid, saat menyampaikan sambutan Harlah ke-81 GP Ansor dan Peresmian Masjid KH Abdurrahman Wahid, di Gedung GP Ansor, Jakarta Pusat, Jumat (24/4/2015) malam.
Dalam acara tersebut, hadir istri almarhum Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah dan putrinya Yenny Wahid, Ketua Umum PBNU Said Aqil SIraj, dan beberapa tokoh NU. Shinta Nuriyah dan Said Aqil juga bersama-sama dengan Nusron menandatangani prasasti peresmian masjid. Hadir juga beberapa perwakilan dari perusahaan yang menjadi donatur pembangunan yang didirikan GP Ansor tersebut, seperti BNI dan Bank Mandiri.
Selain peresmian pembangunan masjid, Nusron juga mengungkapkan GP Ansor telah menyelesaikan pembangunan gedung berlantai empat. Lantai 4 dijadikan Perpustakaan KH Abdurrahman Wahid, lantai 3 untuk Ansor Bisnis Scool, lantai 2 Kantor GP Ansor, dan lantai dasar dibuat untuk umum, termasuk untuk komersial.
Menurut Nusron, Ansor dan NU ke depan harus terus bertransformasi dari organisasi tradisional menjadi semi modern tanpa kehilangan nilai-nilai yang dipegang selama ini.
Dengan bertransformasi menjadi organisasi yang modern, maka umat NU dan Ansor yang jamaahnya cukup banyak akan lebih bisa menjadi kekuatan yang berperan besar dalam memberikan manfaat bagi kehidupan, khususnya masyarakat Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Nusron juga menyinggung soal bagaimana kondisi di Arab Saudi dan Yaman yang saat ini porak poranda akibat konflik. Nusron mengingatkan agar umat Islam Indonesia, khususnya NU dan Ansor untuk tidak terpancing pada upaya yang coba menarik-narik umat Islam Indonesia.
"Umat Islam Indonesia adalah Islam yang cinta damai. Tidak ada konflik di Arab dan Yaman itu dikaitkan dengan Sunni dan Syiah, itu murni konflik kekuasaan. GP Ansor tidak boleh, apalagi ditarik-tarik untuk mendukung perang. Apalagi kekerasan itu sama-sama orang Islam," tukasnya.
Menurut Nusron, apa yang terjadi di Arab Saudi di Yaman itu warning bahwa ketika umat Islam di Indonesia tidak berpegang pada nilai-nilai perdamaian dan semangat Islam yang rahmatan lil 'alamin maka akan dengan mudah ditarik dalam kepentingan politik untuk kekuasaan.
Sementara itu, Shinta Nuriyah dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada GP Ansor khususnya Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid yang punya inisiatif menamakan masjid di GP Ansor dengan nama KH Abdurrahman Wahid.
"Ini kebanggaan, karena itu kami ucapkan terimakasih," katanya.
Menurut Shinta, nama tokoh yang dipakai sebuah tempat, entah itu masjid atau perpustakaan, hal itu tidak bisa dilepas dengan sang tokoh dalam memberikan manfaat selama hidupnya.
Demikian juga dengan nama Abdurrahman Wahid. "Sekarang dijadikan nama masjid dan perpustakaan, sebelumnya juga sudah ada perpustakaan KH Abdurrahman Wahid di New York, Amerika Serikat. Semoga ini tidak hanya menjadi obor, tetapi juga energi untuk kemajuan ilmu pengetahuan," tukasnya.