Bisnis.com, SURABAYA—PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) mengngelontorkan Rp70 miliar untuk menambah 4 unit peralatan bongkar muat Rubber Tyred Gantry (RTG), melalui anak perusahaannya PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI).
RTG tersebut merupakan produksi Kalmar Finlandia, dengan kapasitas penumpukan (stacking) mencapai 6 boks petikemas. Keempat fasilitas baru itu ditempatkan di Terminal Berlian Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Dirut BJTI Putut Sri Muljanto menjelaskan arus bongkar muat dan volume petikemas di Terminal Berlian melonjak 16,5% tahun lalu menjadi 158.947 TEUs dari 994.250 TEUs pada 2013.
“Dengan ditambahkannya 4 RTG baru ini, maka total RTG di Terminal Berlian ada 13 unit. Kami harap kinerja operasional di container yard bisa lebih optimal,” ujarnya dalam pernyataan tertulis yang diterima, Jumat (16/1/2015).
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan BJTI Widyaswendra menambahkan RTG baru tersebut memakai mesin hemat bahan bakar dengan kapasitas 15 liter solar/jam. Keempat RTG itu didatangkan oleh kapal MV Yong An Cheng Voyage 003 pada Kamis (15/1).
“Kami mengalokasikan Rp540 miliar untuk anggaran investasi 2015. Alokasi itu sebagian besar dipakai untuk pengembangan usaha, terutama ke anak-anak perusahaan BJTI,” tuturnya.
Dari total anggaran investasi tersebut, sebagian dialokasikan untuk program elektrifikasi alat Harbour Mobile Crane (HMC) di Terminal Berlian, serta konversi energi container crane (CC) di Terminal Multiguna Kupang.
“Dengan penambahan fasilitas ini, diharapkan semua instansi pemerintah lebih siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean [MEA] dengan alokasi anggaran investasi yang cukup besar tahun ini, khususnya untuk infrastruktur pelabuhan,” tutur Widyaswendra.
Untuk diketahui, saat ini BJTI memiliki empat anak perusahaan a.l. PT Berlian Manyar Sejahtera (BMS), PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS), PT Terminal Nilam Utara (TNU), dan PT Pelindo Properti Indonesia (PPI).
BMS dan BKMS menjalanjkan proyek Java Integrated Industrial Port and Estate (JIIPE) di Terminal Manyar, yang bakal menjadi kawasan industri dan pelabuhan terintegrasi pertama di Indonesia. Proyek itu akan mulai beroperasi pada triwulan III/2015.