Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jawa Tengah Terancam Krisis Pupuk

Para petani di Jawa Tengah akan mengalami krisis pupuk bersubsidi secara merata hingga satu bulan terakhir seiring keterlambatan distribusi dari produsen ke distributor.nn
Para petani di Jawa Tengah akan mengalami krisis pupuk bersubsidi secara merata hingga satu bulan terakhir seiring keterlambatan distribusi dari produsen ke distributor./Antara
Para petani di Jawa Tengah akan mengalami krisis pupuk bersubsidi secara merata hingga satu bulan terakhir seiring keterlambatan distribusi dari produsen ke distributor./Antara

Bisnis.com, SEMARANG — Para petani di Jawa Tengah akan mengalami krisis pupuk bersubsidi secara merata hingga satu bulan terakhir seiring keterlambatan distribusi dari produsen ke distributor.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan atau KTNA Jateng Agus Eko Cahyono mengatakan penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi di Jateng antara lain distribusi pupuk awal tahun terlambat padahal kondisi saat ini merupakan masa tanam.

Selain itu, ujarnya, produsen pupuk harus memilah mana saja distributor yang berhak menjual pupuk bersubsidi karena dikhawatirkan distributor berpindah alamat.

Di samping itu, distributor harus menunjuk pengecer supaya penyebaran pupuk bersubsidi terserap kepada petani yang membutuhkan.

Penyebaran pupuk bersubsidi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Indonesia Nomor 15/M-DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.

Sesuai beleid itu, jenis pupuk bersubsidi meliputi pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk ZA, pupuk NPK dan jenis pupuk bersubsidi lainnya yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian.

“Kelangkaan pupuk di Jateng terjadi sejak akhir 2014. Prediksi saya pada Februari distribusi sudah normal,” papar Agus kepada Bisnis, Kamis (15/1/2015).

Kelangkaan pupuk terjadi di Jateng, katanya, juga disebabkan adanya wacana Presiden Joko Widodo akan menghapus pupuk bersubsidi. Alhasil, sejumlah petani melakukan aksi borong pupuk bersubsidi yang mengakibatkan pupuk tersebut ludes di pasaran.

“Misalnya, petani yang biasa membeli 400 kuintal pupuk, akhir membeli 1 ton pupuk. Mereka memilih untuk stok pupuk karena takut harga lebih mahal,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khamdi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper