Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Katedral Cologne di Jerman Matikan Lampu, Protes Pawai Anti-Muslim

Salah satu landmark paling terkenal di Jerman, Katedral Cologne, akan berada dalam kegelapan pada Senin (5/2/2015) malam, sebagai bentuk protes terhadap pawai oleh gerakan anti-Muslim yang tumbuh di akar rumput kota Jerman Barat.
Rasis dan penuh kebencian. /Reuters
Rasis dan penuh kebencian. /Reuters

Kabar24.com, BERLIN - Salah satu landmark paling terkenal di Jerman, Katedral Cologne, akan berada dalam kegelapan pada Senin (5/2/2015) malam, sebagai bentuk protes terhadap pawai oleh gerakan anti-Muslim yang tumbuh di akar rumput kota Jerman Barat, demikian kata otoritas katedral.

Munculnya kelompok, Perlawanan Eropa terhadap Islamisasi Barat (PEGIDA), telah mengguncang pendirian politik Jerman, mendorong Kanselir Angela Merkel berkata keras dalam amanat tahun barunya bahwa pemimpin kelompok itu rasis, penuh kebencian, dan warga harus berhati-hati.

Pawai mingguan terakhir PEGIDA dilakukan di timur kota Dresden dan telah menarik sekitar 17.000 orang. Gerakan itu direncanakan dengan pawai lanjutan di kota-kota lain, termasuk melintasi pusat Cologne pada Senin malam.

"PEGIDA terdiri dari campuran manusia yang mengherankan, mulai dari pemimpin rasis dan sayap kanan ekstrim,” kata Katedral Dean Norbert Feldhoff kepada Reuters.

Dengan mematikan sorot lampu kita ingin membuat orang-orang yang berpawai itu berhenti, dan berpikir. Itu adalah sebuah tantangan. Mempertimbangkan siapa Anda yang berbaris bersama.

Rumah opera Semperoper yang terkenal di Dresden juga memadamkan lampu sebagai protes selama pawai PEGIDA di kota itu.

Sebuah jajak pendapat pada Kamis (1/1/2015) menemukan 1 dari 8 orang Jerman akan bergabung dengan pawai anti-Muslim jika PEGIDA diselenggarakan satu di kota asal mereka.

Banyak orang khawatir tentang jumlah pencari suaka yang memasuki Jerman, yang melonjak menjadi sekitar 200.000 pada 2014, empat kali jumlah pada 2012. Imigrasi juga tinggi dalam 2 dekade terakhir.

Kelompok anti-imigrasi, memanfaatkan kekecewaan pemilih dengan penghematan ekonomi, telah melonjak popularitasnya di sejumlah negara Eropa, termasuk Prancis, Inggris, Swedia, dan Belanda.

Baca Juga:

SURVEI: 13% Warga Jerman Berminat Pawai Anti-Muslim


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper