Bisnis.com, BERLIN - Satu dari 8 orang Jerman menyatakan akan bergabung dengan pawai anti-Muslim jika gerakan protes yang tumbuh dengan cepat diselenggarakan satu di kota-kota asal mereka, menurut sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pada Kamis (1/1/2015).
Survei menyorot dukungan yang tumbuh di Jerman, seperti di negara-negara Uni Eropa lainnya termasuk Inggris dan Swedia, untuk kelompok dan gerakan dari para pemilih yang khawatir terhadap sikap politisi arus utama yang dinilai terlalu lembut soal imigrasi.
Sejumlah anggota blok konservatif Kanselir Angela Merkel khawatir bahwa mereka akan kehilangan dukungan kepada Partai Alternatif Jerman (AFD), yang telah mengalihkan fokusnya ke imigrasi, dan banyak yang anggotanya kembali gerakan protes PEGIDA – Perlawanan Eropa Terhadap Islamisasi Barat.
PEGIDA mengadakan aksi unjuk rasa mingguan di timur kota Dresden, dan menarik lebih dari 17.000 orang untuk turun jalan pada 22 Desember. Beberapa pawai kecil telah terjadi di kota-kota lain, dan berencana untuk menggelar aksi unjuk rasa lebih lanjut di kota-kota Jerman lainnya.
Dalam pidato Tahun Baru, Merkel mendesak warga Jerman untuk memalingkan muka mereka pada pemimpin PEGIDA itu. Merkel menyebut mereka rasis dan penuh kebencian, dan mengatakan ekonomi terbesar Eropa harus menyambut orang-orang yang melarikan diri dari konflik dan perang.
Jajak pendapat terbaru terhadap 1.006 orang, yang dilakukan oleh Forsa untuk majalah Stern Jerman, menemukan bahwa 13% di antara mereka akan mengikuti pawai anti-Muslim di dekatnya. Temuan lainnya adalah 29% orang percaya bahwa Islam memiliki pengaruh seperti pada kehidupan di Jerman, dan pawai dibenarkan.
Sedangkan dua pertiga dari mereka yang disurvei percaya bahwa ide tentang 'Islamisasi' Jerman itu dibesar-besarkan, banyak orang Jerman prihatin tentang jumlah pencari suaka, seperti dari Suriah, yang mengalir ke negara itu.
Sebagian tanggapan terhadap masa lalu Nazi, aturan suaka Jerman adalah yang paling liberal di dunia. Jumlah pencari suaka yang tiba di Jerman melonjak menjadi sekitar 200.000 pada 2014, empat kali angka 2012.