Bisnis.com, BEIJING Beban Pemerintah China untuk menjaga laju pertumbuhan tahun depan kian berat, seiring bertumbuh pesatnya aktivitas perbankan bayangan yang secara langsung meningkatkan nilai kredit negara itu.
Bloombergmengutip laporan Evergrowing Bank Co China mencatat per September lalu, bank-bank China menanggung risikodefaultsebesar 4 miliar yuan atau setara US$650 juta dari aktivitas yang berkaitan dengan perbankan bayangan.
Besarnya angka tersebut mengkhawatirkan otoritas moneter China, karena dinilai dapat membahayakan kesehatan finansial negara perekonomian terbesar kedua dunia. Saat ini, pengambil kebijakan masih menyusun regulasi untuk mengendalikan aktivitas perbankan bayangan.
Kita menyadari bahwa perbankan bayangan ini telah membahayakan finansial negara, namun kita belum memiliki statistik konkret sehingga sulit untuk mempersempit penyebarannya, ungkap analis perbankan Chinese Academy of Social Sciences, Zeng Gang di Beijing, Selasa (23/12/2014).
Dengan sistem pemantautotal social financing (TSF)yang diirikan 2011 lalu, pemerintah sempat berhasil menekan lambungan pinjaman perbankan bayangan. Pada pertengahan 2014 lalu, TSF merekam pembiayaan perbankan bayangan terkoreksi menjadi 21,9 triliun yuan atau setara US$3,5 triliun.
Namun, TSF tidak dapat menangkap keseluruhan pembiayaan oleh perbankan bayangan dalam dua tahun terakhir yang menurut China Securities Regulatory Commission (CSRC) telah mencapai 16 triliun yuan atau setara US$2,6 triliun, atau mencapai 45% dari total pinjaman yang dikucurkan sistem perbankan konvensional.
Sulit untuk mengatur laju perbankan bayangan. Paling tidak pemerintah menyadari hal itu, kata Zeng Gang. Dia merujuk pada perintah State Council China yang meminta bank sentral memperbaiki statistik pinjaman untuk mendeteksi aktivitas perbankan bayangan.