Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Upah Pekerja Melonjak, Petani Jateng Merugi

Petani di Jawa Tengah merugi hingga jutaan rupiah akibat pengeluaran upah pekerja atau jasa pertanian dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai produksi.

Kabar24.com, SEMARANG—Petani di Jawa Tengah merugi hingga jutaan rupiah akibat pengeluaran upah pekerja atau jasa pertanian dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai produksi.

Berdasarkan data sensus pertanian yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah menyimpulkan komponen biaya produksi usaha tanaman padi, jagung, dan kedelai yang terbesar adalah pengeluaran untuk upah Pekerja / jasa pertanian.

Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Jateng Totok Tavirijanto mengatakan pengeluaran biaya produksi dihitung mulai dari pengadaan bibit, pupuk, hingga pekerja yang menggarap usaha pertanian tersebut. Jika lahan pertanian tersebut digarap oleh pemilik, kata dia, pengeluaran upah bisa lebih besar daripada menyewa tenaga artau diburuhkan orang lain.

“Sebetulnya secara usaha yang sungguh-sungguh, petani di sini enggak untung. Petani akan untung jika digarap sendiri,” papar Totok, Selasa (23/12).

Dia mengatakan total biaya per musim tanam untuk satu hektare luas panen padi sawah sebesar Rp13,58 juta. Adapun komponen biaya produksi untuk upah pekerja, kata Totok, mencapai 47,32% dari total biaya atau senilai Rp6,43 juta.

Dilihat dari musim tanam untuk satu ha luas panen jagung senilai Rp10,68 juta. Sedangkan pengeluaran untuk upah pekerja mencapai 57,91% atau senilai Rp5,03 juta.

“Biaya upah pertanian paling tinggi terlihat pada jenis tanaman kedelai, yang mencapai 48,65% dari biaya total musim tanam per satu hektare senilai Rp10,63 juta,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Totok, biaya produksi lain yang juga relatif besar adalah pengeluaran sewa lahan dan pupuk untuk jenis padi, jagung dan kedelai yang mencapai 7%-34%.

Disisi lain, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jateng Suryo Banendero mengatakan saat ini kontribusi Jateng mampu memasok 10% dari total kebutuhan sayur dan buah Singapura.

“Kontribusi di sini 10% dari total kemampuan nasional mengekspor produksi sayur dan buah sebanyak 400.000 ton per tahun untuk dikirim ke Singapura,” papar Suryo.

Data Dinas Pertanian Provinsi Jateng pada 2013, ekspor sayuran ke Singapura mencapai 431,7 ton meningkat dibandingkan 2012 sebesar 44,87 ton.

Adapun, komoditas buah seperti melon, salak dan pepaya selama 2012 hingga 2013 sebesar 1.352,65 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khamdi
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper