Bisnis.com, NEW DELHI – Rencana Perdana Menteri India Narendra Modi yang ingin membuka sektor asuransi untuk investor asing terbentur parlemen. Ketidaksepakatan anggota parlemen ini dinilai menjadi hambatan besar rencana reformasi ekonomi perdana menteri yang terpilih Mei lalu tersebut.
Dalam sidang yang digelar Senin (22/12/2014), anggota parlemen yang berasal dari partai oposisi menolak menyetujui rencana Modi untuk membuka investasi dari luar negeri untuk sektor asuransi. Modi merencanakan kepemilikan saham asing di sektor asuransi ditingkatkan menjadi 49% dari saat ini 26%.
“Jika Modi tidak berhasil merealisasikan rencananya, hal itu akan menunjukkan dia tidak maksimal dalam mengimplementasikan reformasi,” ungkap Direktur Dalton Capital, UR Baht di New Delhi, Selasa (23/12/2014).
Partai pendukung Modi, Bharatiya Janati Party (BJP) dan koalisinya hanya menguasai 59 dari total 245 kursi parlemen. Modi membutuhkan minimal 123 suara untuk dapat merealisasikan rencananya tersebut. Menuju sidang berikutnya, Modi harus mengumpulkan setidaknya 64 suara lagi.
Membuka investasi bagi penanam modal asing merupakan salah satu program utama Modi untuk menciptakan lapangan kerja dan menggenjot perekonomian yang pernah tumbuh masif hingga 8% beberapa tahun lalu.
Berdasarkan perhitungan tim ekonomi Modi, memperbesar keran investasi asing di sektor asutransi berpotensi mengalirkan foreign direct investment (FDI)sebesar US$2 miliar ke perekonomian negara itu. Padahal, Modi berambisi menjadikan indeks saham India sebagai pemain utama dunia.