Bisnis.com, TOKYO – Jepang catatkan peningkatan ekspor sebesar 4,9% pada November dari periode sama tahun sebelumnya, dan impor tergelincir 1,7%, menyisakan surplus perdagangan sebesar 892 miliar yen atau setara US$7,6 miliar.
Kenaikan ekspor ini lebih rendah dari bulan sebelumnya saat ekspor naik 9,6% sekaligus di bawah estimasi rata-rata ekonom yaitu naik 7%. Situasi ini, menurut ekonom, mendorong Perdana Menteri Shinzo Abe untuk berupaya lebih keras mendongkrak ekspor.
“Perlemahan di Asia terutama China akan terus membebani pemulihan ekspor Jepang. Perlemahan impor disebabkan oleh turunnya permintaan barang, yang mencerminkan lesunya permintaan domestik,” kata ekonom SMBC Nikko Securities Inc, Koya Miyamae di Tokyo, Rabu (17/12).
Padahal, ekspor Jepang melesat ke level tertinggi sejak 2008, naik 9,6% (yoy) pada Oktober, menyusul bank sentral yang meningkatkan basis moneter dan pemerintah menaikkan pajak penjualan.
Pemerintah Negeri Sakura berharap ekspor dapat menopang pertumbuhan ekonomi kuartal akhir tahun ini, setelah negara itu terkontraksi dua kuartal berturut-turut akibat keterpurukan belanja domestik.
Kementerian Keuangan melaporkan volume ekspor Jepang turun 1,7% (yoy), terdalam sejak Agustus lalu. Adapun, ekspor ke Amerika Serikat naik 6,8%, Uni Eropa jatuh 1,3%, dan naik 0,9% ke China.