Bisnis.com, TOKYO - Menyusul data pertumbuhan kuartal III yang menunjukkan kontraksi 1,9% dan perlemahan yen yang tidak kunjung usai, para pebisnis Jepang kian mengkhawatirkan masa depan bisnis mereka.
Survei Bank of Japan (BoJ) yang dipublikasikan Selasa (9/12/2014) menunjukkan keyakinan bisnis Desember Jepang akan stagnan pada bulan keempatnya. Lesunya sentimen bisnis tidak hanya menimpa korporasi-korporasi raksasa, tetapi juga usaha kecil dan menengah Negeri Matahari Terbit.
BoJ mencatat stagnannya keyakinan bisnis Jepang merupakan dampak dari ketidakjelasan situasi perekonomian negara itu, termasuk kebijakan stimulus yang tidak signifikan mengerek pemulihan.
Data bank sentral tersebut menunjukkan indeks keyankinan bisnis Jepang diprediksi berada di level 13 pada Desember, tingkat yang sama dengan bulan sebelumnya. Adapun, indeks keyakinan UMKM diprediksi akan menurun ke level 12.
“Depresiasi tajam yen memang meningkatkan pendapatan korporasi-korporasi besar, namun memberatkan industri yang beroperasi di dalam negeri terutama UMKM,” kata ekonom BNP Paribas Securities, Ryutaro Kono.
Kono merujuk pada kebutuhan UMKM untuk mengimpor barang-barang utama untuk berproduksi. Apalagi, barang impor yang lebih mahal akan kian melukai belanja domestik.
Seperti diketahui, Jepang dilaporkan kembali terkontraksi 1,9% pada kuartal ketiga lalu, setelah terkontraksi 6,7% pada kuartal sebelumnya. Resesi tahun ini merupakan resesi keempat yang dialami Jepang sejak 2008.
Adapun, kontraksi dua kali berturut-turut ini disebabkan oleh belanja konsumen yang tak kunjung pulih setelah Perdana Menteri Shinzo Abe menaikkan pajak penjualan 3 persentase poin April lalu. Belanja konsumen menyumbang 60% pertumbuhan PDB negara itu.
Merespons data ini, para pengambil kebijakan berharap korporasi-korporasi besar akan lebih banyak mengalokasikan dana untuk meningkatkan upah dan belanja modal. Adapun, survei itu juga menyebut belanja modal korporasi besar akan meingkat total 8% per Maret 2015.