Bisnis.com, TOKYO - Merespons laporan produk domestik bruto yang terkontraksi untuk kedua kalinya pada kuartal III, pemerintah Jepang diberitakan tengah mempertimbangkan untuk menambah bujet ekstra senilai 3 triliun yen pada tahun fiskal mendatang, demi memulihkan ekonomi dari resesi.
Menurut sumber Bloomberg yang enggan namanya disebut, bujet ekstra setara US$25 miliar tersebut nantinya akan digunakan untuk mendongkrak sentimen bisnis yang terdampak negatif perelemahan yen dan juga disebarkan dalam bentuk kupon belanja untuk mendorong konsumen menggunakan uangnya.
“Selain itu, bujet ekstra juga akan dialokasikan untuk membiayai pekerjaan rekonstruksi sejumlah bangunan di bagian utara Jepang yang rusak karena gempa bumi,” ungkap sumber tersebut di Tokyo, Selasa (9/12/2014).
Mengingat Jepang memiliki gunungan utang publik, negara itu tidak memiliki ruang lebar untuk meningkatkan pinjaman.
Seperti diketahui, Jepang dilaporkan kembali terkontraksi 1,9% pada kuartal ketiga lalu, setelah terkontraksi 6,7% pada kuartal sebelumnya. Resesi tahun ini merupakan resesi keempat yang dialami Jepang sejak 2008.
Adapun, kontraksi dua kali berturut-turut ini disebabkan oleh belanja konsumen yang tak kunjung pulih setelah Perdana Menteri Shinzo Abe menaikkan pajak penjualan 3 persentase poin April lalu. Belanja konsumen menyumbang 60% pertumbuhan PDB negara itu.
Setelah pengumuman terkontraksinya pertumbuhan tersebut, Abe langsung menunda selama 18 bulan kenaikan pajak penjualan kedua yaitu setingkat 10% dari saat ini 8%, yang rencananya akan diimplementasikan pertengahan tahun depan.
Pekan lalu, salah seorang penasihat ekonomi Abe, Etsuro Honda menyarankan perdana menteri yang menjabat sejak Desember 2013 itu untuk mempersiapkan tambahan bujet sebesar sedikitnya 4 triliun yen untuk tahun depan.