Bisnis.com, TANJUNG, Kalsel- Dinas Perkebunan Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan berencana menghentikan program penambahan lahan karet mulai 2015, mengingat luas kebun komoditas tersebut sudah mencapai 75.000 hektare atau 98% dari total lahan di luar kawasan hutan.
"Program perluasan lahan karet memang tidak akan dilakukan mulai tahun depan, tetapi penanaman karet tetap kita laksanakan melalui kegiatan peremajaan kebun karet yang tua atau tidak produktif," kata Kepala Dinas Perkebunan Tabalong Mugeni di Tanjung, Rabu (3/12/2014).
Menurutnya, kebijakan penghentian program perluasan lahan karet itu, juga terkait dengan terus anjloknya harga karet lokal sebagai dampak tingginya produksi karet dunia.
Pemerintah Kabupaten Tabalong mulai melakukan beberapa antisipasi terkait dengan makin turunnya harga karet lokal, dengan mengembangkan komoditas lain, selain karet, guna peningkatan pendapatan masyarakat.
Salah satu program, katanya, uji coba karet dengan tanaman aren yang selain tingkat produktifitasnya tinggi, juga ramah terhadap tanaman lain.
"Tumpang sari dengan tanaman aren dilaksanakan di lahan karet yang tua dengan mengubah jarak tanam menjadi 3x17 meter dan mulai kita uji coba di Kecamatan Muara Uya, Haruao dan Bintang Ara," kata Mugeni.
Setiap tahun, Dinas Perkebunan setempat menyiapkan 5.000 bibit aren untuk pengembangan program tumpang sari di tiga kecamatan.
Hingga saat ini, luas lahan karet yang masih produktif mencapai 59.000 hektare, termasuk di dalamnya sekitar 10.000 hektare yang masuk kebun karet tua, sedangkan 11.000 hektare lainnya merupakan tanaman muda.
Dinas Perkebunan Tabalong juga mulai melakukan uji coba pengembangan tumpang sari kebun karet dengan kakao dan rempah-rempah, seperti lada.
Salah satunya akan dilaksanakan pada 2015 di Desa Salikung, Kecamatan Muara Uya, yakni tumpang sari kebun karet dengan lada.
"Menurut penelitian tumpang sari kebun karet dengan rempah-rempah bisa membantu pengendalian jamur kuning karena itu mulai kita uji coba di Desa Salikung pada 2015," katanya.