Bisnis.com, BEIJING-- China telah mengalami kerugian hampir 42 triliun yuan atau setara US$6,9 triliun untuk investasi-investasi yang ternyata tidak berjalan efektif (bad investment).Adapun, nilai tersebut terhitung sejak tahun 2009.
Sebuah media lokal di China, mengutip pernyataan dewan pemerintah dan ekonom menyampaikanbad investmentChina mencatatkan level terburuk terutama dalam dua tahun terakhir. Negeri Tembok Raksasa tampaknya harus lebih berhati-hati dalam memilih area investasi tepat.
Investasi tidak produktif mengambil porsi hampir setengah dari total investasi negara ini selama periode 2009-2013, jelas Xu Ce, salah seorang dewan lembaga tertinggi ekonomi China, National Development and Reform Commission (NDRC), Kamis (20/11).
Bersama rekannya Wang Yuan yang merupakan ekonom Academy of Macro Economic Research, dalam sebuah opini diShanghai Securities Journalkeduanya menyampaikan pandangan tersebut tidak mewakili lembaga tempat mereka bekerja.
Kini sudah waktunya pemerintah membereskan investasi-investasi yang tidak efektif ini, tulis keduanya di SSJ seperti dikutipReuters.
Pasalnya, Xu dan Wang mencatat China telah menyia-nyiakan investasi sekitar 4,7 triliun yuan 13,2 triliun yuan setiap tahun selama rentang 2009-2013. Keduanya menyebut investsi terebutzero efficiency.
Seperti diketahui, China amat mengandalkan investasi untuk mendorong pertumbuhan negara itu. Xu menyorot investasi tidak efektif yang dilakukan pemerintah untuk menjaga pasokan pinjaman murah bagi perusahaan-perusahaan milik negara sehingga berpotensi menimbulkan alokasi pengeluaran yang tidak krusial.
Selain itu, investasi senilai 13,2 triliun yuan yang dikeluarkan pemerintah tahun lalu dinilai juga tidak termanfaatkan dengan sempurna meski proyek pembangunan China mencapai puncak pada 2013. Padahal, angka tersebut merupakan 47% dari total formasi modal negara tahun lalu.
Rendahnya efisiensi investasi China amat disayangkan, sehingga komitmen Perdana Menteri Li Keqiang untuk menggeser mesin pertumbuhan dari investasi menjadi konsumsi dinilai patut diapresiasi.
Sebelumnya, PM Li memang menakui bahwa China terlalu menggantungkan pertumbuhan pada investasi. Meski butuh waktu yang tidak singkat, Li berjanji akan menelaah kembali model pertumbuhan negara perekonomian terbesar kedua dunia tersebut.
Meski sudah mulai menggenjot konsumsi domestik, investasi masih menyumbang hingga 42% produk domestik bruto (PDB) China dalam sembilan bulan pertama tahun ini.
Xu dan Wang merekomendasikan pemerintah untuk segera mengambil tindakan, terutama dengan mengembangkan perekonomian regional kota-kota di China terutama yang dilewati Jalur Sutera darat, yang sebelumnya menghabiskan investasi pemerintah US$40 miliar.
Kualitas investasi amat terpuruk. Dana 67 triliun yuan yang China investasikan pada 1997 misalnya, dua pertiga dari investasi itu justru dipergunakan setelah tahun 2008, jelas Xu dan Wang.
Keduanya menyimpulkan bahwa kampanye negara yang menyebabkan overkapasitas investasi di beberapa sektor justru melambatkan restrukturisasi beberapa perusahaan. Untuk mengejar target pertumbuhan, pemerintah amat boros dan menghamburkan-hamburkan uang.