Bisnis.com, MANADO—PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah V Manado mencatatkan penyaluran pembiayaan (outstanding loan) sebesar Rp2,05 triliun hingga Oktober 2014 atau baru terealisasi 82,32% dari target outstanding sepanjang tahun ini Rp2,5 triliun.
Pimpinan Wilayah Pegadaian Manado Marshall Aritonang mengakui terjadinya perlambatan penyaluran pembiayaan akibat dari pengaruh kondisi makroekonomi yang memengaruhi daya beli masyarakat.
Menurutnya, faktor utama terjadinya perlambatan itu adalah harga emas yang berada di bawah ekspektasi awal perseroan.
“Saat pembuatan RKAP [rencana kerja dan anggaran perusahaan] tahun lalu, harga emas berada di kisaran Rp500.000 per gram, tetapi sekarang di bawah itu,” katanya kepada Bisnis, Kamis (13/11).
Kondisi tersebut, ungkap Marshall, berimbas pada kinerja perusahaan yang tidak terlalu cemerlang.
Dari segi laba bersih, Pegadaian Manado membukukan Rp162 miliar sepanjang 10 bulan pertama tahun ini atau turun 11,04% dibandingkan dengan realisasi Oktober tahun lalu sebesar Rp182,12 miliar.
Dia menjelaskan pencapaian laba bersih itu baru terealisasi 58,69% dari target hingga akhir tahun sebesar Rp276 miliar.
Menurut Marshall, pada 6 bulan pertama tahun ini Pegadaian Manado masih fokus melakukan reorganisasi sehingga belum gencar melakukan pemasaran produk.
Hal itu dilakukan dengan cara meningkatkan status kepala cabang menjadi deputi dan memberikan kewenangan lebih kepada setiap cabang untuk mencapai target bisnis.
Sebagai informasi, Pegadaian Kantor Wilayah V Manado mencakup enam area kerja, mulai dari Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua, hingga Papua Barat.
Selain itu, perseroan akan menggunakan jurus “jemput bola” pada 6 bulan kedua tahun ini karena reorganisasi manajemen dan sistem telah berjalan dengan baik.
“Strategi jemput bola dilakukan dengan menyasar komunitas-komunitas agama, profesi, dan lainnya,” tegasnya.
Marshall menambahkan pihaknya memperkirakan akan terjadi tren penurunan pembiayaan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2015.
Hal itu disebabkan sebagian besar konsumen menebus barang-barang yang digadaikannya untuk dipakai pada momen tersebut.
Sebagaimana diketahui, mayoritas masyarakat di wilayah kerjanya merayakan Natal dan Tahun Baru, terutama masyarakat Sulawesi Utara, Papua, dan Papua Barat.
“Ini tren unik di wilayah kerja kami. Saat Pegadaian wilayah kerja lain cenderung stabil, kami di sini malah terjadi tren penurunan outstanding saat akhir tahun,” tuturnya.