Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan ekonomi China yang selama ini tergolong pesat akan melambat menjadi sekitar 4% per tahun setelah tahun 2020, menurut lembaga riset Conference Board.
China menghadapi “ketidakpastian dan perlambatan struktural yang meluas” dalam sepuluh tahun ke depan, menurut sebuah lembaga riset Conference Board yang berbasis di Yew York sebagaimana dikutip Bloomberg, Selasa (21/10/2014).
Model pembangunan China, yang berbasiskan kebijakan moneter berorientasi pertumbuhan dan modal yang diatur negara, menghasilkan risiko “besar dan ketidakseimbangan”, menurut lembaga itu.
“Arah pertumbuhan China selalu bermuara pada potensi perlambatan setidaknya secepat akselerasinya,” ujar David Hoffman, vice president Conference Board dalam keterangannya kepada wartawan. Dia menambahkan bahwa pihaknya akan melihat isyarat bahwa transformasi tersebut akan berhenti.
Pemerintah China mengisyaratkan akan menolerir perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun ini dengan menahan diri untuk mengeluarkan stimulus yang terlalu luas. Diperlemah dengan lesunya bisnis properti, produk domestik bruto diperkirakan akan naik 7,2% selama triwulan ketiga.
Sebanyak 13 ekonom yang disurvei Bloomberg pekan lalu menyatakan China akan mengupayakan pertumbuhan sekitar 7% tahun depan, atau turun dari 7,5% pada tahun ini.