Bisnis.com, BANDUNG--Kejahatan siber (cyber crime) merupakan salah satu isu sentral yang memiliki potensi melemahkan ketahanan nasional. Dampak dari kejahatan siber ini hadir pada berbagai segi dimana semakin dirasakan segenap elemen bangsa yang mengancam ketahanan nasional, negara dan juga personal atau individu.
Lembaga penelitian teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Sharing Vision mengatakan kejahatan siber atau di dunia maya yang terjadi di Indonesia merupakan bukan hal yang main-main.
Chief Sharing Vision Dimitri Mahayana mengatakan dalam waktu tiga tahun terakhir, insiden serangan siber yang terjadi di Indonesia telah tercatat sebanyak 36,6 juta kali.
"Pada 2013, tercatat 42 ribu target serangan siber di Indonesia setiap harinya. Bahkan selama Q2/2013 lalu, Indonesia menjadi negara asal serangan siber yang trafik serangannya tetinggi dan mengalahkan China," katanya saat Seminar Indonesia Cyber Crime Summit (ICCS) 2014 di ITB, Kamis (9/10/1014).
Menurutnya, selama ini serangan siber hadir dalam berbagai bentuk seperti virus malware yang masuk atau menyusup melalui situs dan konten pornografi dan juga network attack.
Di Indonesia sendiri menurutnya serangan siber bahkan sudah menyusup pada 80% masyarakat termasuk pimpinan negara yang mana pernah diketahui bahwa komunikasi presiden RI dan perangkat atau pejabatnya sudah pernah disadap oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Spionage cyber yang marak terjadi dapat mengancam kedaulatan negara.
Pemerintah tentu saja perlu menetapkan kebijakan dan solusi security end to end yang dipimpin langsung oleh presiden dengan melibatkan multi departemen termasuk Dephan, Depkominfo, Depdagri, dan lainnya.
"Indonesia telah menjadi negara yang memiliki risiko tertinggi dalam keamanan teknologi informasi. Risiko lainnya yaitu cyber intelligence dan cyber espionage yang mana seluruhnya merongrong keamanan perusahaan dan negara."
Dari sejumlah survei yang dilakukan Sharing Vision, dari 20 perusahaan menunjukan jika 65% diantaranya pernah mengalami 'kecelakaan' security.
Meskipun, tidak sedikit perusahaan yang akhirnya juga melakukan langkah pengamanan IT.
Dimitri mengatakan suatu saat lebih dari 50% aktivitas masyarakat dan kenegaraan dilakukan melalui dunia siber yang mana saat ini rata-rata threat exsposure rate (TER) Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia dengan presentase sebesar 23,54%.
Menurutnya, terdapat beberapa alasan mengapa serangan siber di Indonesia ini terus alami peningkatan yaitu unsur kreatifitas yang kian meningkat dan juga pemanfaatan oleh pihak lain melalui ranah tanah air.
Tiga kemungkinan dari serangan siber ini dilakukan oleh orang Indonesia itu sendiri, orang asing yang memanfaatkan kemudahan dan infrastruktur di dalam negeri, atau sistem melalui malware yang mudah tertanam dalam perangkat telekomunikasi.