Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Referendum Skotlandia: Pemilih "No" Berpeluang Menang

Penghitungan suara hasil referendum rakyat Skotlandia mulai dilakukan hari ini untuk menentukan apakah wilayah itu akan lepas dari Inggris atau masih akan bersama seperti yang telah berjalan selama 307 tahun.
Saat dia berbicara, sejumlah massa pendukung yang tidak jauh berada di tempat pemungutan suara itu berteriak Vote No! /reuters
Saat dia berbicara, sejumlah massa pendukung yang tidak jauh berada di tempat pemungutan suara itu berteriak Vote No! /reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Penghitungan suara hasil referendum rakyat Skotlandia mulai dilakukan hari ini untuk menentukan apakah wilayah itu akan lepas dari Inggris atau masih akan bersama seperti yang telah berjalan selama 307 tahun.

Penghitungan dilakukan di 32 distrik yang tersebar di sekolah, kompleks tempat ibadah serta fasilitas umum lainnya. Sedangkan hasil penghitungan suara pertama akan diumumkan pukul 02:00 waktu setempat.'

YouGov Plc memprediksi sebanyak 54% memilih  “no” melawan 46% untuk “yes,” berdasarkan hasil survei terhadap 1.828 orang setelah mereka memasukkan kertas suaranya kemarin.

Referendum itu merupakan titik kulminasi dari masa kampanye selama dua tahun untuk menentukan masa depan negara itu. Salah satu argumen yang menjadi alasan referndum tersebut adalah soal ekonomi, nilai tukar dan posisi negara itu di tataran internasional.

“Pemungutan suara ini akan sangat bersejarah dan sangat menentukan. Sulit untuk menemukan kata untuk menggambarkannya," ujar Douglas Alexander yang merupakan anggota oposisi Partai Buruh sebagaimana dikutip Bloomberg, Jumat (19/9/2014).

Peter Kellner, direktur YouGov, menyatakan 99% dirinya yakin bahwa kemenangan ada di tangan mereka yang tak mau melepaskan diri. Kelompok tersebut mendapat dukungan kuat dari Perdana Menteri Inggris David Cameron.

Warga Skotlandia kemarin berduyun-duyun datang ke tempat pemungutan suara untuk mengikuti referndum itu.

Mulai dari desa hingga kota besar seperti Glasgow, masyarakat berdatangan untuk memberikan suara "Yes" untuk tetap berada di dalam kekuasaan raja Inggris atau "No" untuk kemerdekaan wilayah tersebut dengan segala konsekuensinya.

Hasil survei sementara menunjukkan kemenangan tipis bagi mereka yang memilih untuk tidak berpisah dengan Inggirs. Namun ratusan ribu lainnya masih belum memutuskan pilihan mereka mesti di beberapa kawasan kelompok yang ingin memisahkan diri juga cukup signifikan.

"Saya telah lama menunggu kesempatan ini," ujar seorang pemilih di kawasan Waverley Court. Pengusaha yang menyebutkan nama depannya Ron itu mengatakan bahwa sudah waktunya untuk memisahkan diri dari Inggris.

Saat dia berbicara, sejumlah massa pendukung yang tidak jauh berada di tempat pemungutan suara itu berteriak "Vote No!" 

Mereka yang menolak merdeka menyatakan pemisahan diri akan membuat pertumbuhan ekonomi lambat, selain memperlemah kapabilitas pertahanan Kerajaan Inggris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper