Bisnis.com, JAKARTA-- Membuat sebuah prakarya bisa menjadi terapi bagi anak. Misalnya mengolah barang bekas menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dapat digunakan.
"Istilah berkarya sebagai terapi mungkin jarang didengar. Tapi hal tersebut berdampak luar biasa bagi kehidupan sehari-hari," kata M. Agus Syafi'i, Pendiri dan Pimpinan Yayasan Rumah Amalia di Jakarta, Minggu (14/9/2014).
Menurut Agus yang juga konsultan keluarga ini, efek brain plasticity, semacam perbaikan sel-sela otak, merupakan hasil yang diharapkan dari pengobatan.
“Psikoterapi, termasuk terapi berkarya, sangat penting untuk menunjang terjadinya efek tersebut. Sedangkan obat membantu secara kimiawi terjadinya pemulihan sel-sel otak,” ungkapnya di sela-sela kegiatan bertema Berkarya sebagai terapi, yang diikuti oleh puluhan anak yatim dan dhuafa yang selama ini menjadi anak asuh Rumah Amalia.
Rumah Amalia adalah rumah belajar untuk anak-anak yatim dan dhuafa yang dikelola oleh Agus.
Kini ada sekitar 80 orang anak yang dibantu oleh yayasan tersebut.
Program kegiatannya antara lain studi Islam, membiayai pendidikan dan kesehatan, dan menjadi pendamping anak-anak yang kehilangan orangtua.
Agus menuturkan anak-anak diajak memanfaatkan barang bekas atau yang sudah tidak digunakan. Kemudian diolah menjadi benda yang bermanfaat.
Kardus kemasan untuk membungkus barang elektronik, atau botol kemasan minuman ringan biasanya langsung dibuang, karena dianggap tidak lagi bermanfaat, diolah dan dijadikan karya seni yang bernilai.
Anak-anak tersebut tampak asyik memotong, menggunting, dan menempel kardus dan botol, kemudian dibentuk prakarya berupa bunga, hiasan bunga, mainan anak-anak seperti mobil-mobilan, mobil tank, dan helikopter.
“Jadi, anak diajak untuk mengubah isi pikirannya, di mana gambaran keburukan bisa diubah menjadi yang berguna, sehingga mendorong anak lebih positif menyikapi hidup dalam realitas sehari-hari,” ungkapnya.
Dia mengatakan berkarya adalah bentuk terapi, bukan hanya menyembuhkan jiwa dan menumbuhkan pikiran positif, tapi juga eksistensi diri setiap orang. “Dengan berkarya orang lain akan lebih mengenal diri kita,” ujarnya.