Bisnis.com, BRUSSELS— Pertemuan European Central Bank (ECB) pada Kamis (4/9/2014) mendatang menjadi fokus utama pasar keuangan untuk mencari kepastian terhadap respon bank sentral tersebut atas terhentinya pemulihan, inflasi yang lemah, dan lambatnya laju reformasi.
Inflasi di kawasan euro melorot ke level terendah selama 5 tahun yaitu 0,3% pada Agustus tahun ini. pelan tapi pasti, ancaman deflasi ala Jepang bakal menyergap ekonomi zona euro semakin besar.
Tidak hanya itu, meningkatnya krisis geopolitik di Ukraina memacu Eropa untuk menjatuhkan sanksi lebih agresif terhadap Rusia.
Padahal, Negeri Beruang Merah itu merupakan mitra dagang terbesar ketiga di kawasan tersebut sehingga berpotensi menyeret turun pertumbuhan lebih dalam.
“ECB kemungkinan berpikir bahwa stimulus tambahan masih prematur dalam tahapan ini. Komentar Gubernur ECB Mario Draghi sebelumnya hanya memberikan sinyal pada pasar bahwa dirinya memperhatikan terhadap prospek inflasi,” kata Marco Valli, Ketua Ekonom UniCredit di Millan, Senin (1/9/2014).
Berdasarkan survei Bloomberg, mayoritas responde meyakini bank sentral Eropa akan menjaga suku bunga di level yang rendah pada Kamis (4/9) mendatang.
Sisanya, sebanyak 5 ekonom menyebutkan suku bunga acuan bakal dipangkas hingga 10 basis poin menjadi 0,05% dan suku bunga deposito juga berkurang menjadi -0,2%.
Pertanyaan yang masih mengemuka di kalangan investor adalah keputusan yang diambil ECB dalam pertemuan mendatang.
Implementasi quantitative easing (QE) adalah salah satu yang paling dimungkinkan dalam skenario ECB, meski beberapa pihak terlihat menentang QE yang pernah dilakukan oleh Amerika Serikat ini.