Bisnis.com, FRANKFURT—European Central Bank (ECB) tengah mempersiapkan paket kebijakan moneter dan mengucurkan pembiayaan untuk mengerek naik kredit di zona euro.
Memburuknya prospek ekonomi, eskalasi konflik geopolitik antara Ukraina dan Rusia, dan inflasi yang terus melempem memaksa ECB merumuskan stimulus tambahan, mengikuti aksi Juni lalu.
“Kami [ECB] siap untuk menyesuaikan arah kebijakan moneter jika dibutuhkan. Kami juga bersedia kembali mengucurkan likuditas tambahan bagi perbankan, asalkan bank menyalurkannya kepada ekonomi riil,” tekan Benoit Coeure, anggota Dewan Eksekutif ECB di Frankfurt, Sabtu (30/8/2014).
Komentar Coeure hanya berselang satu hari, setelah Gubernur ECB Mario Draghi mengindikasikan bahwa memburuknya ekspektasi inflasi di kawasan bermata uang tunggal itu akan memacu quantitative easing (QE).
Inflasi di zona euro tercatat kembali melambat 0,3% pada Agustus tahun ini, turun dari capaian Juli lalu yaitu 0,4%.
Harga konsumen terjebak pada siklus pelemahan, pasalanya inflasi selalu bertengger di bawah 1% sejak Oktober tahun lalu. padahal, ECB menargetkan inflasi mampu terdongkrak mendekati 2%.
“Tantangan utamanya adalah, mampukah zona euro menghadapi beragam kerentanan yang sebabkan oleh berbagai faktor di masa depan. Pada level nasional, reformasi ekonomi dan finansial masih dibutuhkan di zona euro, termasuk Yunani,” tambahnya.
Namun, belum ada kepastian terkait detil paket pelonggaran yang tengah dipersiapkan oleg bank sentral Eropa itu.
Hingga saat ini, pemberlakuan QE masih menuai perdebatan mengingat urgensinya dan kapasitas ekonomi zona euro itu sendiri.