Bisnis.com, TOKYO – Produksi Industri Jepang kembali tumbuh di bawah estimasi pada Juli, terdampak kelesuan belanja konsumen dan stagnasi deflasi. Data ini menegaskan pemulihan Negeri Sakura belum menemui momentumnya.
Data yang dipublikasikan Kementerian perdagangan menunjukkan produksi meningkat 0,2% dari bulan sebelumnya. Sementara itu, ekonom yang disurvei Bloomberg mengestimasi kenaikan 1%.
Ekonom SMBC Nikko Securities Inc, Junichi Makino mengatakan saat ini ekonomi Jepang berada di level paling bawah tahap pemulihan.
“Sebaiknya pemerintah tidak menaikkan pajak penjualan seperti yang direncanakan,” kata Makino di Tokyo pascapublikasi data produksi industri.
Padahal, akhir pekan lalu bekas Perdana Menteri Jepang yang menjabat sebelum Abe, Yoshihiko Noda mengingatkan jangan sampai Abe gagal menaikkan pajak penjualan.
Ia menilai risiko besar dapat menerpa ekonomi Jepang jika sampai Abe tidak memutuskan hal tersebut.
Seperti diketahui, Perdana Menteri Shinzo Abe berencana kembali menaikkan tingkat pajak menjadi 10% dari saat ini 8% untuk menutup kas bujet negara yang terluka oleh utang.
Per 1 April lalu Abe telah menaikkan pajak penjualan dari sebelumnya 5%.
Kenaikan ini menyebabkan belanja korporasi dan individu lemah, dan membawa Jepang pada kontraksi 6,8% pada kuartal II, terdalam sejak gempa bumi dan tsunami 2011 lalu.
Pada kuartal sebelumnya Jepang berekspansi 6,1%.
Adapun keputusan penaikan pajak penjualan tersebut akan dipublikasikan Abe dan jajarannya Desember mendatang.
Konsumsi swasta yang mengambil porsi 60% dari pertumbuhan ekonomi telah tumbang 5% pada kuartal kedua dari kuartal sebelumnya.
Hingga saat ini, masyarakat masih mengurungkan niat belanjanya setelah pemerintah menaikkan pajak 3 persen.
“Imbas dari kenaikan pajak penjualan perlahan memudar, namun kita harus lebih memantau kondisi ekonomi dari sekarang,” kata Menteri Keuangan Jepang Taro Aso merespons data produksi industri.
Ia sepakat dengan rekannya, Menteri Ekonomi Jepang Akira Amari yang menyampaikan Jepang tidak perlu pesimistik dengan konsumsi masyarakat.
Data yang dipublikasikan hari ini juga menunjukkan pendapatan inti jatuh 5,2% pada Juli dari periode yang sama tahun ini.
Kombinasi kenaikan pajak dan stagnasi upah dinilai menjadi sebab utama lambatnya pemulihan ekonomi Jepang.
Kondisi produksi industri juga dinilai akan menjadi pertimbangan Gubernur bank sentral Jepang Haruhiko Kuroda untuk penambahan stimulus demi memicu pertumbuhan.
Kemendag Jepang memprediksi produksi industri akan meningkat 1,3% pada Agustus dari bulan sebelumnya, dan naik 3,5% pada September.
“Kondisi ekonomi tidak memburuk, namun tak kunjung menemui momentumnya,” kata ekonom Dai-ichi Life Research Institute, Hideo Kumano.