Bisnis.com, BEIJING – Tingginya laju transaksi industri perbankan bayangan mendorong Gubernur People’s Bank of China (PBOC) Zhou Xiaochuan untuk mempertimbangkan pembatasan kebijakan moneter longgar.
Pasalnya, nilai transaksi yang mencapai US$6 triliun tersebut telah mengganggu upaya pemerintah mencapai target pertumbuhan 7,5%. Selain sektor properti, industri perbankan bayangan juga dinilai menjadi penyebab utama lambatnya laju pemulihan Negeri Tembok Raksasa.
Ekonom Citigroup Inc, Ding Shuang menyampaikan pertimbangan Gubernur Xiaochuan untuk membatasi pelonggaran moneter merupakan sebuah dilema, mengingat dapat berdampak sekaligus pada pertumbuhan dan utang.
“Di satu sisi pemerintah harus menetapkan kebijakan tersebut untuk menstimulasi ekspansi, di sisi lain ada risiko berupa meningkatnya utang,” kata Shuang di Hong Kong, kamis (28/8/2014).
Menurutnya, Xiaochuan dihadapkan pada dua pilihan, melonggarkan kebijakan untuk mencegah perlambatan lanjut, atau menunggu sementara untuk menelaah kebijakan lain.
Sejumlah perusahaan China kini bahkan tengah berupaya membayar tagihan mereka pada perbankan bayangan. Data yang menunjukkan anjloknya kredit pada Juli menegaskan bahwa setengah dari pertumbuhan indikator ekonomi terbaru negara tersebut dibiayai oleh perbankan bayangan.
Barclays Plc mengestimasikan aset industri perbankan bayangan telah melonjak 30% pada 2013 senilai 38,8 triliun yuan.
Belum lama ini, pemerintah China menyuntikkan 20 miliar yuan dana pada beberapa bank regional untuk mendorong sektor pertanian. Selain itu, pemerintah memangkas tingkat suku bunga beberapa institusi keuangan wilayah pinggiran China.
Adapun ekonom Minsheng Securities, Guan Qingyou mengatakan pelonggaran berikutnya dapat berupa penyediaan kredit terjangkau pada beberapa bank untuk peminjaman industri spesifik.
“Xiaochuan mengerti bahwa pelonggaran berlebihan dapat memperbesar problem utang China,” kata Guan.
Hasil riset Stardard Chartered Plc menunjukkan per akhir Juni lalu, rasio utang China mencapai 250% terhadap produk domestik bruto (PDB), naik dari 150% sebelum pemerintah menggelontorkan stimulus pada 2008.