Bisnis.com, BUENOS AIRES – Serikat buruh dan pegawai negeri Argentina menggelar aksi mogok massal 24 jam sebagai respons keputusan perusahaan-perusahaan yang melakukan pemecatan dalam jumlah besar dan tak kunjung menaikkan upah.
Padahal, para pengambil kebijakan Argentina tengah menghadapi tugas berat terkait ketidakmampuan pembayaran obligasi yang jatuh tempo akhir Juli lalu.
Setelah dituntut US$1,5 miliar, Presiden Cristina Fernandez harus megatasi berbagai tekanan sosial yang datang akibat keterpurukan ekonomi.
“Kami ingin menunjukkan pemerintah bahwa kami lelah menunggu jawaban atas negosiasi [upah] yang tak kunjung menunjukkan hasil,” kata Sekretaris General Workers Confederation, Hugo Moyano, Kamis (28/8/2014).
Menurut analis politik Buenos Aires, manuel Mora y Araujo, kondisi ini menunjukkan refleksi atas kefrustrasian para pekerja karena upah mereka tak kunjung naik saat harga kebutuhan melambung. Sejumlah analis memprediksikan pemogokan ini tidak akan mengubah kebijakan ekonomi pemerintah.
“Pemerintah belum menggelar dialog untuk menangkal isu upah, di saat krisis sepertinya belum akan berakhir. Kita tidak mau membebani pekerja dan kalangan menengah,” kata Ketua Confederation of Argentine Workers, Pablo Micheli.
Data menunjukkan tingkat pengangguran Argentina menanjak menjadi 7,5% pada kuartal kedua dari 7,2% dari kuartal sebelumnya. Adapun produk domestik bruto (PDB) diestimasikan terkontraksi 1% tahun ini.