Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei Reuters : Kuartal II/2014 India Tumbuh 5,3%

Di tengah kekhawatiran akan tumbuh rendah akibat inflasi dan kekeringan, ekonomi India diprediksikan akan tumbuh 5,3% pada periode April-Juni, laju tercepat dalam dua tahun terakhir, ditopang sentimen positif pasar setelah Narendra Modi menduduki kursi perdana menteri per Mei lalu. Pada kuartal pertama lalu, India tumbuh 4,6%

Bisnis.com, BANGALORE – Di tengah kekhawatiran akan tumbuh rendah akibat inflasi dan kekeringan, ekonomi India diprediksikan akan tumbuh 5,3% pada periode April-Juni, laju tercepat dalam dua tahun terakhir, ditopang sentimen positif pasar setelah Narendra Modi menduduki kursi perdana menteri per Mei lalu. Pada kuartal pertama lalu, India tumbuh 4,6%.

Perdana Menteri Narendra Modi diharapkan dapat mereformasi tiang-tiang utama penyangga ekonomi, meski hingga saat ini ia belum menjalankan kebijakan-kebijakan berani. Kendati dihadapkan pada persoalan-persoalan krusial, konsensus 40 ekonomReuters menunjukkan optimistis pada pertumbuhan negara tersebut.

“Produksi barang modal sebagai indikator utama aktivitas investasi meningkat signifikan ke level 13,9% pada kuartal pertama,” kata ekonom lembaga konsultan investasi dan kredit ICRA, Aditi Nayar. Adapun pengumuman resmi PDB India akan dilaksanakan pemerintah pada Jumat (29/8) mendatang.

Berdasarkan data indikator perekonomian India, investasi, manufaktur (aktivitas pabrik), dan konstruksi negara tersebut meningkat setelah Modi terpilih. Seperti diketahui, ia terpilih dengan perolehan suara parlemen terbanyak dalam 30 tahun.

Data indeks manufaktur India (purchasing manager’s index/PMI) menunjukkan aktivitas manufaktur negara tersebut melaju pada tingkat tercepatnya dalam 17 bulan pada Juli, berangsur menanjak untuk bulan kesembilannya.

Meski demikian, konsensus ekonom ini terpangkas tipis dari ketetapan sebelumnya yaitu kenaikan 5,4%. Di tengah tingginya harapan pada pemerintahan Modi, para ekonom terus menegaskan momentum pertumbuhan akan tiba jika Modi konsisten melakukan reformasi.

Selama ini Perdana Menteri India tidak memiliki kuasa besar pada majelis tinggi dan kerap gagal untuk mulai mengimplementasikan reformasi tertentu. Hal tersebut pun berpengaruh saat perdana menteri mengambil langkah-langkah sederhana yang tidak berdampak signifikan pada perekonomian.

“Reformasi dibutuhkan untuk memastikan pemulihan memiliki basis yang kokoh,” kata Nayar.

Survei juga menunjukkan defisit transaksi berjalan India akan melebar menjadi US$7,1 miliar atau terhitung 1,5% dari PDB pada periode April-Juni, naik drastis dari defisit US$1,2 miliar pada tiga bulan sebelumnya atau terhitung 0,2% dari PDB, saat restriksi impor emas ditingkatkan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : News Editor
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper