Bisnis.com, LONDON—Di saat prospek penguatan ekonomi Eropa ‘mendingin’, Gubernur Federal Reserve Janet Yellen menjadi pusat perhatian dunia di tengah upayanya untuk melakukan normalisasi moneter.
Perbedaan arah kebijakan moneter tersebut terlihat mencolok saat Yellen dan Gubernur European Central Bank (ECB) memberikan pidatonya tentang prospek pertumbuhan ekonomi dalam seminar internasional di Jackson Hole, Wyoming.
Seperti diketahui, AS tengah mempersiapkan langkah normalisasi moneter melalui rencana penaikan suku bunga yang diperkirakan terjadi tahun mendatang.
kondisi berbeda dialami oleh Eropa, khususnya zona euro yang justru masih bergelut dengan lesunya inflasi, dan pertumbuhan yang lemah.
Sebut saja, indikator penting mengenai prospek ekonomi ditandai oleh angka pengangguran di suatu negara. Angka pengangguran melorot jauh hingga 6,2% sedangkan zona euro masih tergolong tinggi yaitu 11,5%.
“Pengetatan moneter bakal dilakukan pada 2015, dan jika anda percaya, pasar nerjangka, kebijakan pelonggaran moneter akan bertahan hingga 2017,” kata Alan Ruskin, analis Deutsche Bank AG di New York, Sabtu (23/8).
Menurutnya, kesenjangan yang lebar terkait kebijakan moneter antara AS dengan Eropa akan memecah fokus investor sejak bank sentral mulai memangkas suku bunga di level rendah untuk menangkas dampak resesi ekonomi.
Tidak hanya itu, kondisi ini juga berisiko volatilitas mata uang seiring dengan meluasnya selisih suku bunga acuan.