Bisnis.com, FRANKFURT— Aktivitas bisnis swasta zona euro, baik manufaktur maupun industri jasa, melambat lebih dari estimasi ekonom pada Agustus tahun ini di tengah pemangkasan harga massal.
Kondisi ini sekaligus menampar prospek pemulihan ekonomi blok bermata uang tunggal ini yang sudah memburuk. Ekonomi zona euro tercatat stagnan pada kuartal II/2014, inflasi tak kunjung menguat, angka pengangguran masih tinggi, dan lemahnya upaya reformasi.
Markit Economics mengungkapkan indeks gabungan manufaktur dan industri (Purchasing Managers Index /PMI) tergelincir menjadi 52,8 dari 53,8 pada Agustus tahun ini. Meskipun begitu, indeks yang berada di atas 50 masih menunjukkan ekspansi.
Sebut saja, PMI gabungan Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di zona euro, mencatatkan kemelorotan hingga 54,9, mengikuti penurunan pada kinerja ekspornya pada semester pertama tahun ini.
Tetapi, Prancis, negara yang ekonominya sempat stagnan pada paruh pertama 2014, justru menunjukkan kenaikan PMI menjadi 50 dari 49,4.
“Jika ada risiko akibat krisis Ukraina-Rusia, data ini dapat mencerminkan bahwa ekonomi zona euro masih tahan banting,” ucap Chiara Corsa, ekonom UniCredit SpA di Milan, Kamis (21/8/2014).
Namun, Corsa tidak mengelak bahwa rilis PMI gabungan itu menandakan bahwa perlambatan perdagangan dunia melukai pertumbuhan ekonomi kawasan euro. Untuk itu, dirinya mengingatkan data tersebut sebagai alarm terhadap prospek ekonomi pada kuartal III/2014.
Adapun, indeks manufaktur turun ke level terendah menjadi 50,8 dan indeks jasa juga bernasib serupa, merosot menjadi 53,5 pada Agustus tahun ini.
Data tersebut mengindikasikan potensi pertumbuhan ekonomi area yang terdiri dari 18 negara ini hanya mampu menguat 0,3%-0,4% pada kuartal III/2014.
Di samping itu, inflasi melambat menjadi 0,4% pada Juli tahun ini, jauh di bawah target European Central Bank (ECB) yaitu 2%. Angka pengangguran meluncur menjadi 11,5%, turun dari level tertinggi 12% tahun lalu.