Bisnis.com, TOKYO – Aktivitas ekspor Jepang kembali meningkat pada Juli setelah tiga bulan sebelumnya terkontraksi, terdampak pemulihan kondisi global. Kementerian Keuangan Jepang mempublikasikan data ekspor yang naik 3,9% pada Juli dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan tersebut lebih tinggi dari konsensus ekonom yang disurvei Bloomberg yaitu peningkatan ekspor 3,8%. Adapun impor meningkat 2,3% dan menyisakan defisit sebesar 964 miliar yen atau sejumlah US$9,36 miliar.
Kembalinya gairah ekspor diharapkan dapat mengimbangi kelesuan permintaan domestik. Data ini juga memperkuat spekulasi Perdana Menteri Shinzo Abe akan mempertahankan kebijakan ekonominya untuk mendorong pertumbuhan, agar dapat kembali menaikkan pajak penjualan pada 2015 mendatang.
“Data ini akan meningkatkan kepercayaan diri Bank of Japan (BOJ) untuk mempertahankan kebijakan moneternya. Pemerintah telah mengumumkan langkah-langkah untuk mendukung kinerja korporat,” kata ekonom Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, Hiroshi Miyazaki merespons data ekspor.
Kenaikan pajak penjualan dan pelemahan permintaan Asia telah menjadi faktor utama kontraksi 6,8% ekonomi Jepang kuartal II/2014.
Secara teperinci, ekspor ke Asia yang berkontribusi lebih dari setengah dari total ekspor Jepang meningkat 3,4% pada Juli dari periode yang sama tahun lalu, ditopang pengiriman kendaraan. Pengiriman mobil ke Eropa pun meningkat, bersama pengiriman permesinan, dan barang mewah.
Ekspor ke China naik 2,6% pada Juli, ditopang permintaan logam dan komponen kendaraan dan menyisakan pendapatan 1,13 triliun yen. Adapun ekspor ke Amerika Serikat meningkat 2,1% meski ekspor mobil jatuh 10,3%.
Data-data ini menunjukkan pemulihan aktivitas perdagangan Jepang, setelah impor sempat jatuh 20,5% dan ekspor jatuh 1,8% pada periode April-Juni lalu.
“Tren pengiriman ke luar negeri meningkat, menutup kerugian lemahnya permintaan domestik. Ekspor akan terakselerasi dalam beberapa bulan ke depan,” kata ekonom Norinchukin Research Institute, Takeshi Minami.
Menurut Minami, ekspor Jepang diharapkan kembali tumbuh masif saat Eropa yang kini masih tumbuh moderat, mencapai momentum ekspansinya. Ia menegaskan, saat ini ekspor Jepang belum stabil.
“Impor meningkat lebih dari ekspektasi di tengah kenaikan musiman biaya impor, permintaan domestik pun belum membaik,” kata Takeshi.
Setelah terkontraksi pada kuartal terakhir, ekonomi Jepang diestimasikan tumbuh 2,9% pada kuartal ketiga tahun ini. Pada Juni lalu, PM Abe mengatakan ia akan segera mengimplementasikan strategi pertumbuhan berikutnya yaitu memangkas pajak korporasi dan menawarkan insentif pada beberapa zona ekonomi untuk mendorong ekspansi perusahaan.
BOJ akan mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi kondisi ekonomi dan harga pada 31 Oktober mendatang, sedangkan pemerintah akan mendiskusikan kenaikan pajak penjualan pada akhir tahun ini. Seperti diketahui, Abe berencana kembali menaikkan pajak penjualan menjadi 10% dari 8% saat ini.