Bisnis.com, BEIJING - Investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) China jatuh untuk pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir pada periode Januari-Juli, terdorong pemangkasan belanja manufaktur oleh dua raksasa ekonomi, Amerika Serikat dan Jepang.
Data yang dipublikasikan Kementerian Perdagangan China menunjukkan selama Januari-Juli, China menarik US$71,1 miliar FDI, turun 0,4% dari dari periode yang sama tahun lalu dan penurunan pertama sejak Februari 2013. Pada Juli, FDI yang masuk ke China adalah US$7,8 miliar.
Dalam keterangannya, Kemendag tidak menjelaskan dengan spesifik nilai FDI dan dampaknya pada pertumbuhan China. Beberapa data yang dipublikasikan pada bulan ini menunjukkan indikator perekonomian China memang menunjukkan pelemahan.
Kejatuhan nilai FDI bukan disebabkan oleh aktivitas investigasi China pada beberapa perusahaan asing, kata pihak Kemendag di Beijing, Senin (18/8/2014).
Untuk diketahui, National Development and Reform Commission (NDRC) China sedang menginvestigasi beberapa korporasi pembuat mobil yang diduga melanggar regulasi monopoli China dengan menetapkan harga tinggi domestik.
Nilai investasi langsung asing merupakan salah satu parameter ketahanan ekonomi Negeri Tembok Raksasa dilihat dari sisi eksternal. Meski demikian, nilai FDI hanya berkontribusi kecil dibandingkan pendapatan China dari ekspor, yang menyumbang US$2 triliun selama 2013.
Juru bicara Kemendag China Shen Danyang menyampaikan investasi langsung asing manufaktur memang jatuh, namun pemerintah yakin hak tersebut dapat ditutupi dengan dana yang masuk ke sektor jasa yang menunjukkan kenaikan.
Merupakan hal yang normal jika FDI berfluktuasi disaat kita menuntut penerapan reformasi struktural ekonomi, kata Shen pascapublikasi FDI. Shen menambahkan, meski ekspor Juli membaik, pemerintah masih sulit untuk mengejar target pertumbuhan 7,5%.
Sebelumnya, nilai investasi langsung China selalu berada di level stabil setelah negara tersebut memutuskan bergabung dengan World Trade Organization pada 2001.