Bisnis.com, TOKYO--Korporasi-korporasi Jepang beramai-ramai menaikkan tarif atas produk mereka setelah belasan tahun terakhir menjaga laju harga karena belitan deflasi.
Keputusan korporasi ini dinilai akan membantu Perdana Menteri Shinzo Abe dan bank sentral mencapai target inflasi 2%.
Faktor yang menjadi pendorong kenaikan harga yaitu kebijakan stimulus Pemerintah Jepang dan kekurangan tenaga kerja. Seperti diketahui, Abe bercita-cita mendorong pertumbuhan profit korporasi, agar mereka dapat meningkatkan upah pekerjanya.
Kini produsen elektronik menjual TV dan PC dengan harga lebih mahal. Kereta api menetapkan kenaikan harga pelayanan tingkat satu sebesar 20%.
Korporasi juga meningkatkan nilai sponsor mereka pada beberapa wisata pergulatan Sumo. Adapun penginapan-penginapan di Hokkaido memutuskan tidak lagi memberikan potongan harga.
Nantinya kita akan melihat Jepang akan mengalami pertumbuhan lemah dan peningkatan inflasi. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan kapasitas yang akan memberi tekanan pada upah dan harga, meski pertumbuhan ekonomi lemah, kata bekas ekonom Bank of Japan (BOJ) Hideo Hayakawa di Tokyo, Selasa (12/8).
Meski deflasi Jepang diprediksikan akan segera memudar, Jepang masih harus berupaya keras menggenjot pertumbuhannya. Ekonomi Jepang diproyeksikan masih akan mengalami kontraksi pascakenaikan pajak penjualan per 1 April lalu.
Selain mengelola produktivitas korporasi dan pertumbuhan upah, Abe juga fokus membenahi ekspor. Seperti diketahui, ia sempat memperkirakan ekspor akan pulih setelah yen melemah.
Faktanya, data menunjukkan ekspor lemah, padahal Abe menggantungkan harapan pada permintaan eksternal setelah kenaikan pajak penjualan menyebabkan belanja