Bisnis.com, BEIJING – Meski berbagai pihak terus mengingatkan Pemerintah China mengenai risiko buruk yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi, pasar properti Negeri Tembok Raksasa kian terpuruk.
Keengganan beberapa pengembang untuk menurunkan harga penjualan per unit mengakibatkan lonjakan jumlah properti yang tidak terjual. Dampaknya, kondisi oversuplai melanjutkan penurunan aktivitas konstruksi.
Perusahaan konsultan properti Everyday Network Co menyampaikan sekitar sembilan proyek perumahan di wilayah timur China yang direncanakan dijual paruh pertama tahun ini, ditunda hingga tahun depan. Pada Juli lalu, jumlah suplai rumah di 21 kota di China turun 25% dari bulan sebelumnya.
“Penjualan beberapa apartemen juga tertunda, pembeli potensial berharap harga segera turun. Pelemahan pasar properti masih terjadi. Kit amembutuhkan dukungan kebijakan,” kata ekonom Nomura Holdings Inc, Hua Changchun di Hongkong, Kamis (7/8/2014).
Seperti diketahui, para ekonom meramalkan China tidak akan dapat mengejar target pertumbuhan 7,5% pada tahun ini jika pemerintah tidak segera mencairkan kebekuan pasar properti. Padahal, beberapa indikator utama ekonomi China menunjukkan perbaikan.
Data terakhir menunjukkan harga rumah turun di 55 dari 70 kota yang dipantau oleh pemerintah. Dalam perhitungan tahunan, penjualan rumah anjlok 9,2% pada paruh pertama 2014. Adapun sepanjang 2013 penjualan rumah China meningkat 26,6%.
Menyiasati penurunan penjualan, para pengembang memberi potongan harga, menjual tanpa uang muka, dan memberikan garansi pembelian kembali.