Bisnis.com, HANOI – Barang-barang kebutuhan asal China kini kehilangan pamornya di Vietnam, setelah kedua negara tersebut terlibat pertikaian diplomatik terkait klaim wilayah perbatasan perairan Laut China Selatan.
Sebelumnya, China menjadi pemasok utama berbagai kebutuhan Vietnam, terutama tekstil. Komoditas asal China juga pernah mendominasi pasar grosir di Hanoi.
“Tidak ada lagi yang membeli produk China. Saya telah mengganti barang dagangan dengan produk lokal dan produk-produk asal Thailand sejak bulan lalu,” kata Le Thang Loi, seorang pemilik toko yang menjual barang kebutuhan rumah tangga di Hanoi, Kamis (7/8/2014).
Hubungan Vietnam dengan China mulai memanas sejak negara pimpinan Presiden Xi Jinping tersebut memindahkan alat pengebor mintak ke wilayah Laut China Selatan yang diklaim Vietnam sebagai zona ekonomi eksklusifnya.
Kondisi ini menimbulkan pemberontakan masyarakat. Mereka bahkan turun ke jalan dan melampiaskan kemarahan pada pabrik-pabrik China yang beroperasi di Vietnam. Di sisi lain, Vietnam menyadari perlawanan ini berdampak negatif pada perekonomian mereka, mengingat sektor perdagangan amat bergantung pada Negeri Tembok Raksasa.
Nilai transaksi dengan China mencapai US$50 miliar pada 2013, dengan sekitar 30% impor Vietnam yang bernilai US$37 miliar hanya terhitung sebesar 1% dari total ekspor China. Selain itu, 40% impor kebutuhan beras Vietnam berasal dari China.