Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Melambat, India Pertahankan Suku Bunga

Meski inflasi mulai melambat dan ketersediaan bahan pangan menekan risiko kenaikan harga, bank sentral India memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga pada rekor tinggi.
Bisnis.com, NEW DELHI Meski inflasi mulai melambat dan ketersediaan bahan pangan menekan risiko kenaikan harga, bank sentral India memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga pada rekor tinggi.
 
Gubernur Reserve Bank of India Raghuram Rajan menyampaikan ia tidak akan mengubah tingkat suku bunga 8% jika inflasi masih berada di kisaran 8%. Seperti diketahui, India telah menghadapi belitan inflasi lebih dari 10 tahun. Dalam 2 tahun terakhir, ekonomi India tumbuh tak lebih dari 5%.
 
Kebijakan ini akan membantu membantu inflasi berada di kisaran 8% pada awal 2015 dan 6% pada Januari 2016, kata Rajan di New Delhi, Selasa (5/8). Sebelumnya, ekonom yang disurvei Bloomberg mengestimasikan Rajan akan memangkas suku bunga ke tingkat 7,75%.
 
Perdana Menteri India Narendra Modi meminta bank sentral untuk mengendalikan kenaikan harga, dengan memperbolehkan RBI memangkas tingkat suku bunga tertinggi di Asia tersebut.
 
Memang banyak spekulasi bahwa inflasi perlahan turun, namun saat ini terlalu prematur untuk mempertimbangkan pemangkasan tingkat suku bunga. Sepertinya bank sentral pun tidak akan memangkas suku bunga pada tahun ini, ujar ekonom DBS Bank Ltd di Singapura, Randika Rao.
 
Gubernur Rajan berambisi untuk menekan inflasi konsumen ke bawah 8% pada Januari 2015 dan 6% pada awal tahun berikutnya. Saat ini, berdasarkan pantauan Bloomberg, harga-harga barang dan komoditas di India mengalami kenaikan tercepat di antara 18 negara Asia-Pasifik lain.
 
Inflasi perlahan moderat karena kenaikan harga makanan dan bahan bakar tidak signifikan, kata Rajan. Ia tidak mengelak, India masih menghadapi risiko ketidakstabilan curah hujan dan harga minyak dunia yang masih tinggi karena faktor ketegangan geopolitik.
 
Hingga saat ini, ketidakstabilan curah hujan masih menjadi ancaman utama pada inflasi India. Curah hujan 21% berada di bawah rata-rata, mengakibatkan India menghadapi musim paling kering sejak 2009.
 
Dampaknya, kegagalan panen mengerek harga konsumen di negara dengan jumlah populasi terbesar kedua di dunia tersebut.
 
Per Juni, pemerintah telah menjual 25% produksi beras dan gandumnya di pasar domestik. Pemerintah juga menetapkan harga ekspor minimum pada bawang dan kentang untuk mencegah penjualan ke luar negeri.
 
RBI harus meninjau dampak dari ketidakstabilan curah hujan, kata ekonom Yes Bank Ltd, Shubhada Rao, di Mumbai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper