Bisnis.com, BEIJING - Keberadaan stimulus yang dikucurkan Pemerintah China dinilai hanya berdampak pada sektor manufaktur. Pasalnya, indeks sektor nonmanufaktur atau jasa China terus menunjukkan performa buruk.
Laporan Purchasing Managers Index (PMI) dari HSBC Holdings Plc and Markit Economics yang dipublikasikan di Beijing, Selasa (5/8) menunjukkan indeks PMI sektor jasa China adalah 50,0, titik batas antara ekspansi dan kontraksi.
Stagnannya permintaan untuk ekspor dan pelemahan properti ditengarai menjadi penyebab utama rendahnya indeks PMI sektor jasa.
Melambatnya pertumbuhan sektor jasa merupakan dampak dari perlambatan properti di beberapa kota di China. Laporan ini menunjukkan sektor jasa China membutuhkan dukungan kebijakan untuk terhindar dari dampak pelemahan properti, dan berbalik ikut mendorong pemulihan ekonomi, kata ekonom HSBC Hong Kong, Qu Hongbin.
Adapun indeks PMI sektor nonmanufaktur yang dipublikasikan Pemerintah China pada Ahad lalu juga menunjukkan perlambatan. Indeks turun ke level 54,2 pada Juli dari bulan sebelumnya 55. Menurut National Bureau of Statistics, nilai ini merupakan nilai terendah sepanjang 2014.
Indeks sektor jasa kontras dengan indeks PMI sektor manufaktur China yang terus menunjukkan indeks tinggi dalam 18 bulan terakhir, bahkan meningkatkan optimisme pemerintah Negeri Tembok Raksasa untuk dapat mengejar target pertumbuhan sebesar 7,5%.
Indeks sektor manufaktur Juli adalah 52,0 setelah pada Juni berada di level 51,0. Peningkatan nilai ini dinilai merupakan dampak positif pengucuran stimulus oleh pemerintah. Para abalis menyimpulkan, sektor jasa menurun justru di saat aktivitas pabrik-pabrik di China mulai kembali menunjukkan gairah.