Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Kampung Tengkawang: Sinergikan Ritual Adat Dalam Menjaga Hutan

Di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat terdapat beberapa kampung yang memiliki konsep mensinergikan menjaga tumbuhan dan ekosistem hutan dengan ritual adat. n
Yanuarius Viodeogo
Yanuarius Viodeogo - Bisnis.com 30 Juli 2014  |  18:31 WIB
Kampung Tengkawang: Sinergikan Ritual Adat Dalam Menjaga Hutan
Bisnis.com, JAKARTA - Di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat terdapat beberapa kampung yang memiliki konsep mensinergikan menjaga tumbuhan dan ekosistem hutan dengan ritual adat. 
 
Konsep itu dinamai Kampung Tengkawang bertujuan selain masyarakat leluasa menanam dan menikmati hasil alamnya. Masyarakat juga senantiasa dengan kepedulian tinggi selalu menjaganya supaya tetap lestari.  
 
Beragam tumbuhan yang ditanam di hutan tersebut oleh masyarakat a.l meliputi karet, berbagai jenis kayu seperti kayu besi, kayu bengkirai, kayu ulin, kayu kepuak, kayu merbau, aneka buah seperti durian, buah pekawai, buah duku, buah jeruk, tanaman anggrek, dan tanaman tradisional lainnya.  
 
Asisten Manager Media Kampanye dan Pendidikan Lingkungan dari Yayasan Palung Petrus Kanisius mengatakan kampung-kampung tengkawang itu terletak di sekitar wilayah pedalaman di Kabupaten Ketapang, yang populasinya dihuni oleh masyarakat Daya'. 
 
"Kampung itu bisa dijumpai ada di Kecamatan Simpang Dua, Kecamatan Simpang Hulu, Sungai Laur dan di Desar Kepari, dan di beberapa tempat lainnya," kata Petrus kepada Bisnis, Rabu (30/07/2014). 
 
Di dalam kampung tengkawang, kata Petrus, rata-rata terdapat 1-3 hektare luas area tanaman seperti yang disebutkan di atas. Lahan tersebut merupakan lahan yang sebelumnya dimiliki oleh nenek moyang mereka. Tradisi itu dilanjutkan penerusnya hingga saat ini.  
 
"Setelah mereka berladang, mereka kemudian menanam dan menoreh karet, memetik tumbuhan dan buah-buah langka. Kebutuhannya mereka konsumsi sendiri, dijual di pasar-pasar terdekat dan uangnya untuk tabungan anaknya sekolah," tuturnya. 
 
Kebutuhan alam tersebut, lanjutnya, senantiasa dijaga keberadaannya oleh masyarakat setempat supaya hutan tidak berubah fungsi. Selain menjaga hutan, cara lainnya yang tidak dapat dipisahkan yaitu dengan menggelar ritual adat. "Tradisi itu untuk membersihkan kampung dari segala penyakit dan marabahaya." 
 
Petrus mengutarakan hutan harus tetap terjaga karena di dalamnya juga dihuni satwa lain seperti orangutan, kelempiau [sejenis kera], burung enggang, burung ruai, rusa, babi hutan, dan trenggiling. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

kalimantan barat
Editor : Martin Sihombing

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top