Bisnis.com JAKARTA – Bila di Yordania memiliki sebuah budaya bernama Misaharati, tradisi untuk membangunkan sahur saat bulan Ramadan, maka Kabupaten Rembang yang berada di Provinsi Jawa Tengah memiliki tradisi serupa yang dikenal dengan sebutan “tong-tong klek”.
Bahkan, untuk menjaga tradisi itu. Ada sebuah festival yang selalu diadakan untuk dilombakan. Namun, tak seperti biasanya, festival itu pada Ramadan 2014 diadakan di stadion Krida Rembang.
Padahal, masih kental di ingatan saya bagaimana riuhnya suara meriam bambu yang diledakkan dengan bahan bakar kerosin dari atas kapal di pantai Kartini, Rembang, pada festival tong-tong klek 2008.
Plt. Bupati Rembang Abdul Hafidz dalam sambutannya mengungkapkan tong-tong klek sebagai sebuah tradisi leluhur bertujuan untuk membangunkan warga untuk santap sahur selama bulan Ramadan.
“Ini [tong-tong klek] tidak hanya sekedar hiburan yang dapat dinikmati. Lebih dari itu tradisi ini menjadi wadah untuk memperkuat persatuan dan kesatuan tanpa melihat status sosial,” katanya Jumat (25/7/2014) seperti dikutip dari RRI.
Menurutnya, Tong-Tong Klek sebagai salah satu budaya lokal yang dimiliki Rembang perlu dilestarikan. Pasalnya, kegiatan itu memiliki makna lain yang tersimpan didalam adalah suatu produk seni budaya yang dapat memperkokoh persatuan.
Festival itu kali ini diikuti enam peserta dari kategori tradisional dan 27 peserta dari kategori elektrik berangkat dari Selatan alun-alun menuju depan Stadion Krida Rembang. Sementara, masyarakat memadati jalan-jalan protokol di kecamatan kota Rembang untuk menyaksikan festival itu.
Masyarakat tidak hanya berasal dari kabupaten Rembang, tetapi juga berasal dari daerah tetangga seperti Pati, Blora dan Tuban. Festival itu dimulai sejak pukul 21.00 WIB hingga 02.00 WIB.
Kepala Dinas Kebudayan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Rembang (Dinbudparpora) Sunarto mengungkapkan tema dari tong tong lek kali ini adalah meningkatkan persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan kepribadian yang berbudaya sebagai jati diri bangsa.
Menurutnya, kegiatan itu selain melestarikan tradisi juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan rasa cinta terhadap seni tradisional serta sebagai ajang kreatifitas remaja di bidang seni.
“Pentas keliling yang dilaksanakan Kamis (24/7/2014), tapi pentas panggung dilaksanakan Jum’at (25/7/2014) malam di halaman Stadion Krida Rembang mulai pukul 21.00 WIB,” ujarnya.