Bisnis.com, JAKARTA - Belanda bisa jadi negara yang pertama kali terkejut dan marah ketika peneliti menyimpulkan bahwa pemerintah Vladimir Putin mendukung separatis pro-Rusia di Ukraina yang membunuh warga negara Belanda.
Lalu muncul pertanyaan, dapatkah bangsa itu kembali menjalin bisnis seperti biasa dengan Rusia?
Pada tanggal 17 Juli, Belanda mengetahui fatkta bahwa MH-17 telah jatuh di Ukraina timur, menewaskan semua penumpangnya, termasuk 194 warga Belanda.
Seperti dilansir Bloomberg, Intelijen AS dan Ukraina mengatakan mereka percaya bahwa pemberontak yang didukung Rusia telah menembakkan rudal ke udara, dan keliru hingga akhirnya terkena pesawat sipil.
Kemudian juga beredar informasi bahwa pemberontak pro-Rusia mengobrak-abrik barang berharga milik korban pesawat nahas itu, disamping mencegah petugas untuk segera menyelamatkan korban.
"Anda pertama kali mendapatkan kabar bahwa suami Anda dibunuh, dan dalam waktu 2-3 hari, Anda melihat gambar dari beberapa preman mengeluarkan cincin kawin dari tangan mereka," ujar Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans dalam pidato di PBB pada 21 Juli.
"Sampai hari saya bingung. Saya tidak akan mengerti mengapa butuh waktu lama bagi pekerja penyelamat diizinkan untuk melakukan pekerjaan sulit itu."