Bisnis.com, TOKYO – Hasil produksi Jepang melonjak pada Mei, mengindikasikan sektor manufaktur dapat menyesuaikan diri dengan kenaikan pajak penjualan yang ditetapkan Perdana Menteri Shinzo Abe 1 April lalu.
Data yang dirilis Kementerian Perdagangan Jepang pada Senin (30/6) menunjukkan hasil produksi Jepang pada Mei meningkat 0,5% setelah sebelumnya anjlok 2,8% pada April.
Namun, hasil ini lebih rendah dari perkiraan 28 ekonom yang disurveiBloomberg yaitu kenaikan sebesar 0,9%. Adapun pemerintah memprediksikan hasil produksi akan menurun 0,7% pada Juni ini, dan meningkat 1,5% pada Juli mendatang.
“Perekonomian diharapkan tumbuh kuat pada kuartal Juli-September,” kata kepala ekonom Itochu Corp, Yoshimasa Maruyama di Tokyo.
Ekonom Capital Economist di Singapura, Marcel Thieliant menyampaikan data ini juga mengimplikasikan sektor manufaktur memulih, terdorong dari kenaikan pajak penjualan.
Persoalan berikutnya adalah apakah pertumbuhan produksi akan cukup kuat menopang perekonomian Jepang dalam tiga bulan ke depan, di saat berbagai prediksi menyatakan kontraksi akan terjadi pada kuartal ini.
Jika pertumbuhan ekonomi membaik, Abe akan melancarkan rencananya untuk meningkatkan pajak konsumsi.
Abe sedang menunggu data perekonomian kuartal mendatang, untuk mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak penjualan menjadi sebesar 10% dari 8% saat ini.
Jika pertumbuhan melambat, kemungkinan besar Abe akan kembali mengucurkan dukungan fiskal dan moneter pada beberapa bulan ke depan.
Ekspansi yang lemah dapat meningkatkan kemungkinan dukungan fiskal atau moneter dalam beberapa bulan mendatang.
Hal yang juga menjadi perhatian adalah meski hasil produksi membaik, Jepang masih dibayangi ancaman anjloknya ekspor karena lemahnya permintaan Amerika Serikat dan Asia.
Seperti diketahui, pekan lalu Kementerian Keuangan Jepang merilis data yang menunjukkan untuk pertama kalinya dalam 15 bulan, ekspor Jepang anjlok 2,7% pada Mei lalu dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.