Bisnis.com, BANDUNG—Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengusulkan agar desain dermaga pelabuhan CIlamaya, Karawang, diubah agar tidak mengganggu rig milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java(ONWJ).
Asisten Bidang Perekonomian Sekda Jabar Jerry Yanuar mengatakan pihaknya mendapat informasi jika pusat tengah membahas teknologi pipa bawah laut agar proyek dan eksplorasi sama-sama tidak terganggu. “Pertamina dan pusat sedang membahas ini. Tapi sebaiknya dermaga Cimalaya agak mengalah,” katanya pada Bisnis.com, Minggu (22/6/2014).
Menurutnya, dermaga diusulkan ditarik ke tengah agar penumpang dan barang nantinya di antar lewat jembatang hidrolik. Jerry menilai dengan desain seperti ini, kapal-kapal yang bersandar ke pelabuhan tersebut tidak akan mengganggu pipa ONJW di bibir pantai. “Perubahan desain teknologi bisa menjadi jalan tengah,” katanya.
Dalam rencana rinci tata ruang Pelabuhan CIlamaya, di sana akan difungsikan dua dermaga sebagai terminal kontainer. Dermaga satu akan dibangun dengan panjang 720 meter dan kedalaman air 15,5 meter, sedangkan dermaga dua sepanjang 960 meter dan kedalaman air 12,5 meter.
“Pada dermaga ini juga akan dibuat empat unit terminal peti kemas yang direncanakan berukuran sama yaitu 840 meter. Luas satu unit terminal yakni 403.200 m2 sehingga luas empat unit terminal adalah 161 hektare,” katanya.
Jerry menilai titik temu antara pusat dan Pertamina ONJW mengatasi persoalan rig ini harus segera menemui kepastian agar proyek tersebut tidak semakin molor. Pemprov Jabar menurutnya menolak jika aktifitas migas di wilayah Karawang berhenti karena pelabuhan Cilamaya. “Cilamaya jalan, eksplorasi tetap jalan,” ujarnya.
Saat ini potensi migas di kabupaten tersebut menurutnya sangat potensial, pihaknya mencatat di Karawang paling tidak dalam satu hari bisa menghasilkan 40.000 barel minyak. Menurutnya sebelum pembangunan fisik dilakukan, di wilayah tersebut harus sudah ada pembebasan lahan dan persiapan lainnya pada 2018.“Targetnya, bisa selesai dibangun 2020," paparnya.