Bisnis.com, KEDIRI - Penutupan lokalisasi Dolly Surabaya dinilai perlu meniru cara penutupan lokalisasi Kramat Tunggak Jakarta, terutama terkait dengan solusi terprogram untuk para penghuninya.
"Saya setuju ditutup, tetapi harus ada program life skill dan itu tidak bisa sekarang, tetapi mestinya sejak dulu," kata Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa.
Penutupan lokalisasi Dolly dijadwalkan hari ini (18/6/2014), maju sehari dari jadwal sebelumnya, Kamis (19/6).
Selain keterampilan, paparnya, pemerintah juga jarus memperhatikan para penghuni yang mempunyai niatan tulus ingin keluar dari praktik prostitusi dengan memberikan jaminan kehidupan.
"Sebagai mantan anggota Komisi VI DPR RI yang menangani bidang sosial, kami mempunyai komunikasi yang cukup baik dengan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso serta Biro Kesejahteraan Rakyat DKI Jakarta tentang rencana penutupan lokalisasi Kramat Tunggak hingga akhirnya ditutup secara resmi pada Desember 1999," katanya.
Jalan keluar yang disiapkan saat itu ada dua cara yakni di depan lokalisasi itu ada ruangan yang dimanfaatkan sebagai balai latihan kerja. Para penghuni dilatih keterampilan dengan program menjahit, membuat bordir, kue, serta salon.
"Saat itu saya datang, bertemu dengan germo dan neminta agar jam 08.00-10.00 WIB, penghuni diberikan kesempatan mengambil program, menjahit, bordir, buat kue, serta salon," katanya.
Saat itu, program itu sudah diujicobakan. Walaupun tidak sukses sampai 50%, program itu bisa berjalan. Mereka yang ingin keluar dari lokalisasi diberi keterampilan serta diberikan uang saku.
"Tapi, program keterampilan itu tidak bisa serta merta diberikan saat ini juga, karena prosesnya sudah harus sejak lama diberikan. Jadi, penutupan lokalisasi itu pasti ada yang pro dan kontra, karena itu harus dicarikan jalan keluar".
Cara lain, pemerintah tidak harus lepas tangan dengan hanya memberikan keterampilan, namun para penghuni yang mempunyai niatan tulus ingin keluar dari praktik prostitusi juga harus diberi jaminan kehidupan.
"Misalnya dengan mengumpulkan para pengusaha dan bisa menitipkan para penghuni untuk bekerja di tempat itu, sehingga mereka juga bisa mendapatkan pendapatan. Jadi, komunikasi dengan pengusaha. Satu perusahaan bisa menerima 5-9 orang (mantan penghuni lokalisasi)," ujarnya.
Dia meyakini cara itu bisa dilakukan di Surabaya, karena industri di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan, juga banyak. Dengan metode ini mereka aman karena mendapatkan 'income', seperti pekerja di tempat lain.
"Saya yakin cara untuk Kramat Tunggak itu bisa diterapkan untuk Dolly".(ant/yus)