Bisnis.com, JAKARTA - Dalam rangka memperkenalkan karya seni asal Korea Selatan, Kedutaan Besar Korea Selatan bekerja sama dengan Korean Cultural Center, dan Simyo Gallery Korea menggelar pameran bertajuk Window of K-Art. Berlokasi di Ruang Pameran Museum Nasional, pameran ini menampilkan 36 karya seni, buah karya 18 seniman Korea Selatan.
Dari 36 karya seni tersebut, yang nampak paling menonjol adalah lukisan berjudul Rest (Goldpowder on paper, 92x192cm, 2014), karya Lee Hae Gee. Dalam karyanya kali ini, Lee melukiskan sosok Budha yang sedang bermeditasi dari arah belakang.
Dengan komposisi yang dipilihnya, Lee melukiskan tubuh Budha yang hanya nampak separuh karena tertutup batang pohon berwarna kecoklatan. Tubuh Budha yang berwarna kuning keemasan di tengah latar belakang hitam, membuat sosok suci ini nampak menonjol. Lukisan Lee yang bersih, dengan komposisi sederhana tetapi digoreskan dengan teknik rumit merupakan bentuk kejutan tersendiri bagai para penikmat seni.
Lukisan yang digoreskan di atas kertas impor dari Jepang, dan terlebih dahulu melalui proses pencelupan ke dalam cat berwarna hitam sangat menarik untuk disimak. Sementara itu, sosok Budha yang berwarna keemasan, dilukis dengan menggunakan bubuk emas asli.
Secara keseluruhan lukisan Rest ini memiliki arti dalam tidak hanya dari sisi teknik tetapi juga spiritual. Sosok Budha yang meskipun ditampilkan dari arah belakang, tetep membuat penikmat seni dapat menunduk sejenak dan ikut berkontemplasi melihatnya. Lukisan ini seperti membuka sebuah ruang dan waktu tersendiri. Dalam kesederhanaan lukisan, justru Lee menyampaikan pesan yang universal dan bermakna dalam.
Di pojok ruang pamer yang berbeda nampak terpajang karya Soon Sang Yuel berjudul Silence (Sharp Pencil on Paper, 110x80 cm, 2013). Garis-garis yang dicoretkan dalam berbagai ukuran dengan menggunakan pensil tajam menghasilkan bentuk tersendiri. Garis yang digoreskan di atas kertas tersebut, kemudian dilapisi lagi dengan selembar kertas film. Di atas kertas film ini, Soon kembali menorehkan garis-garis yang sama, sehingga menimbulkan efek tiga dimensi/3D.
Seniman Soon Sang Yuel menjelaskan karyanya mengisahkan tentang kebenaran dan kebohongan. Garis-garis yang terlihat dalam tiga dimensi tersebut diasumsikan sebagai pikiran manusia terhadap suatu pandangan visual.
Selain, lukisan garis, pameran ini memamerkan lukisan pohon pinus karya Kim Bo Mi. Lukisan pohon pinus merupakan salah satu lukisan tradisional di Korea. Banyak seniman melukiskan pohon pinus ini dengan gaya mereka masing-masing. Kim Bo Mi menjelaskan perbedaan lukisan pohon pinus miliknya yang dikerjakan dengan tinta di atas kertas, merupakan lukisan gaya modern tetapi menggunakan bahan tradisional. Sebelumnya, lukisan bambu ini pernah dipamerkan dalam pameran solo Kim Bo Mi di MAR Museo d’Arte della citta, Ravenna, Italy pada 2012.
Karya seni lainnya adalah pahatan seniman Jung Kwang Sik dengan judul View (Acrylic on blackgranits, 240x120cm, 2013). Pahatan ini dipahat di atas batu hitam dan kemudian diberikan warna. Batu hitam yang dijadikan medium pahat, merupakan batu impor dari China. Jung Kwang Sik menjelaskan proses pengerjaan pahatan ini kurang lebih 1 bulan.
Bergeser ke ruang pameran lainnya, terdapat video instalasi yang yang mengeluarkan suara dan bergerak. Karya seni modern berjudul Four Season (LED TV, 55inch, 2010), merupakan video instalasi karya Lee Lee Nam. Karya Lee ini merupakan lukisan kuno yang berasal dari China tetapi dikreasikan menjadi karya seni baru.
Video instalasi ini menggambarkan pegunungan, di mana pengunjung dapat melihat air yang mengalir dari sungai kecil di bawah pegunungan lengkap dengan suara gemericik dan kicauan burung di udara. Beberapa detik kemudian lukisan ini berubah menjadi lebih gelap, dan kemudian hujan turun ke bumi.
Tak berhenti hanya disitu, lukisan terus berganti menggambarkan empat musim yang silih berganti. Terakhir ditampilkanlah lukisan kuno aslinya kemudian layar menjadi gelap, dan dimulailah lagi pergantian musim dari awal. (Agnes Savithri & Diena Lestari)