Bisnis.com, JAKARTA – Isyarat bergabungnya Partai Demokrat ke poros Partai Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sebagai pasangan capres-cawapres dinilai akan mengubah peta politik nasional yang sebelumnya telah tersusun rapi oleh Tim Pemenangan masing-masing partai koalisi.
Menurut Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin ada dua kemungkinan yang akan terjadi jika Partai Demokrat bergabung dengan koalisi Partai Gerindra dan mendukung Prabowo-Hatta sebagai capres-cawapres.
Kemungkinan yang pertama yakni Partai Demokrat akan ditinggalkan oleh para pendukungnya ditataran grassroot yang sudah berafiliasi politik mendukung pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).
“Karena Partai Demokrat sejak awal menyatakan sikap secara resmi untuk netral pada Pilpres kali ini. Bisa jadi, kader Partai Demokrat yang sebelumnya telah mendukung Jokowi-JK tidak akan bisa dipengaruhi walaupun Partai Demokrat secara informal akan mendukung pasangan Prabowo-Hatta,” tutur Said kepada Bisnis di Jakarta, Rabu (28/5).
Lalu kemungkinan yang kedua menurut Said, Partai Demokrat tidak akan ditinggalkan kadernya, jika ada pernyataan resmi dari elite Partai Demokrat akan berafiliasi dengan koalisi Partai Gerindra dan bersama-sama mengusung pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta.
“Masalahnya itu bisa terjadi jika Partai Demokrat menyatakan sikap secara resmi. Tapi kenyataannya, sampai sekarang kan Partai Demokrat tidak menyatakan secara resmi akan mendukung siapa nanti,” tukas Said
Pernyataan sikap Partai Demokrat yang secara resmi akan netral pada Pilpres 2014 nanti, dinilai akan menjadi bumerang bagi elite Partai Demokrat dan membuat Partai Demokrat pecah menjadi dua.