Bisnis.com, CIREBON — PT Pelabuhan Indonesia (Persero) optimistis Pelabuhan Cirebon bisa beroperasi optimal apabila mampu menerapkan pola pengamanan ESPS Code secara total dan didukung oleh stakholder di daerah tersebut.
Salah satu kelemahan Pelabuhan Cirebon saat ini adalah masih belum steril dan masih dengan mudah diakses oleh masyarakat khususnya yang mengorek sisa batu bara, dan belum beroperasi secara maksimal yakni 24 jam.
Manager Operasi yang juga Humas Pelindo II Cirebon Yossianis Marciano mengatakan secara geografis, Cirebon terletak di daerah strategis karena terhubung dengan Ibukota Provinsi (Bandung) dilalui jalur Jawa-Jakarta.
Dengan optimalisasi Pelabuhan Cirebon, nantinya akan dapat mendorong percepatan pertumbuhan sektor industri unggulan di wilayah tersebut salah satunya industri rotan yang selama ini sebagian besar diekspor.
“Langkah awal agar Pelabuhan Cirebon bisa beroperasi maksimal, perlu menerapkan ESPS Code agar kawasan pelabuhan steril dan nyaman bagi pengguna jasa pelabuhan,” katanya, Senin (19/5).
Selain menerapkan ESPS Code, Pelindo juga saat ini tengah melakukan pengerukan di kawasan pelabuhan hingga minus 5,5 meter hingga bisa dilabuhi kapala tipe U shape dengan kapasitas 400-500 TEU’s.
“Jika pelabuhan sudah aman, steril, dan nyaman, Pelabuhan Cirebon akan bisa maksimal memasarkan jasa atau membuka pelayanan lain yang selama ini belum ada,” katanya.
Yossianis menambahkan berbagai komoditas selain kerajinan rotan tentunya akan sangat mudah mengakses Pelabuhan Cirebon yang selama ini didominasi oleh komoditas batu bara yang didistribusikan ke berbagai daerah.
Ketua Asmindo Cirebon Sumartja mengharapkan Pelindo serius melakukan ekspansi untuk menambahkan pelayanan di bidang pelayaran agar distibusi berbagai komoditas khususnya ekspor rotan bisa maksimal.
“Wacana memaksimalkan Pelabuhan Cirebon telah muncul sejak puluhan tahun lalu, akan tetapi belum terealisasi hingga saat ini,” tambahnya.
Sumartja menilai ada tiga kelemahan Pelabuhan Cirebon yang hingga kini belum mampu memberikan pelayanan pelayaran ekspor, yang pertama adalah belum adanya pelayaran reguler, kedua, belum adanya agen pelayaran seluruh jalur, dan kapal yang mengangkut kontainer kosong untuk produk rotan.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat menilai langkah pengerukan Pelabuhan Cirebon untuk optimalisasi aktivitas bongkar muat merupakan langkah yang riil agar bisa mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat di kawasan itu.
Ketua Apindo Jabar Dedy Widjaja mengatakan selama ini aktivitas di Pelabuhan Cirebon hanya terpaku pada bongkar muat batu bara, sementara aktivitas ekspor kurang.
"Pelabuhan Cirebon bisa digunakan untuk pelabuhan kedua yang membantu ekspor di Tanjung Priok," ujarnya.
Dengan begitu, lanjutnya, adanya optimalisasi Pelabuhan Cirebon aktivitas distribusi barang baik ekspor maupun impor lebih menggairahkan.
Dia juga mengharapkan pemimpin yang baru nanti setelah Pemilu 2014 bisa menarik banyak investor ke Jabar timur mengingat pembangunan yang hampir rampung seperti Bandara Kertajati, Tol Cisumdawu, dan lainnya.
“Pemimpin harus bisa menggairahkan aktivitas perekonomian di Jabar timur guna memeratakan aktivitas perekonomian di Jabar karena selama ini cenderung terpusat di kawasan barat seperti Karawang, Bekasi, Bogor.”
PELABUHAN CIREBON: Optimalisasi Gairahkan Ekspor Rotan
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) optimistis Pelabuhan Cirebon bisa beroperasi optimal apabila mampu menerapkan pola pengamanan ESPS Code secara total dan didukung oleh stakholder di daerah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Adi Ginanjar Maulana/Maman Abdurahman
Editor : Martin Sihombing
Topik
Konten Premium