Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemkab Bandung Sulit Pacu Produksi Padi

Pemerintah Kabupaten Bandung mengaku kesulitan meningkatkan produksi padi lantaran lahan pertanian terus berkurang setiap tahunnya.

Bisnis.com, BANDUNG - Pemerintah Kabupaten Bandung mengaku kesulitan meningkatkan produksi padi lantaran lahan pertanian terus berkurang setiap tahunnya.

Bupati Bandung Dadang M. Naser mengatakan lahan sawah terus menyusut dari 2010 mencapai 36.212 hektare dan sampai akhir 2013 menjadi 35.975 hektare atau berkurang seluas 237 hektare.

"Untuk mengantisipasi pengurangan lahan sawah, kami melakukan intensifikasi pertanian dengan cara penggunaan benih padi unggul, dan pupuk organik di samping penggunaan alat mekanisasi pertanian yang tepat guna," katanya, Jumat (16/5/2014).

Pihaknya juga memiliki tenaga penyuluh pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 145 orang, dan tenaga Bantu Penyuluh Pertanian 94 orang, di samping tenaga penguatan produksi beras nasional sebanyak 62 orang. Tahun ini, pihaknya akan menambah tenaga penyuluh swadaya sebanyak 100 orang.

Sementara itu, Kepala Pusat Penyuluh Kementerian Pertanian Fathan A. Rasyid menilai langkah Pemkab Bandung untuk menambah tenaga penyuluh swadaya perlu dicontoh kabupaten lain mengingat jumlah tenaga penyuluh PNS kini semakin berkurang.

"Saya sangat mengapresiasi cara yang ditempuh Bupati Bandung dalam menyiasati semakin berkurangnya tenaga penyuluh pertanian ini," ujarnya.

Menurutnya, target produksi padi tahun ini bisa surplus sebesar 10 juta ton di mana Jabar menjadi pemasok terbesar terhadap produksi padi nasional.

Dihubungi terpisah, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bandung meminta pemkab segera mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) mengenai perlindungan terhadap lahan persawahan untuk mengendalikan maraknya alih fungsi lahan.

Ketua KTNA Kab Bandung Nono Sambas mengatakan selama ini alih fungsi lahan persawahan di Kab. Bandung terbilang tinggi terutama untuk kebutuhan hunian penduduk. "Saya yakin tingkat alih fungsi lahan pertanian ini pasti tinggi. Hal ini perlu ada pencegahan secara serius agar kebutuhan pangan bisa terjaga," ujarnya.

Dia mengungkapkan hampir di setiap kecamatan seperti Soreang, Katapang, Margahayu, Margaasih, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Ciparay dan Majalaya terjadi penyusutan areal sawah, bahkan terjadi pada sawah yang seharusnya menjadi lahan abadi.

Menurutnya, kebutuhan akan konsumsi beras secara nasional terus meningkat karena jumlah penduduk sudah lebih dari 250 juta jiwa.

"Pemerintah belum optimal dalam pemanfaatan teknologi, karena produktivitas gabah dalam setiap hektare sawah masih bertahan di angka 5,8 ton," tegasnya.  

Dia menambahkan, mayoritas petani bukan lagi sebagai pemilik lahan, tetapi hanya penggarap. Sedangkan petani pemilik lahan dihadapkan persoalan sulitnya mendapatkan pupuk seperti jenis Urea, SP36 dan Hcl.

"Sekarang sudah mulai memasuki musim kemarau, bisa dipastikan petani pun akan sulit mendapatkan pasokan air karena irigasi banyak yang rusak," ujarnya.

Banyaknya persoalan pelik yang harus dihadapi para petani, tak jarang membuat mereka justru lebih memilih untuk menjual lahan sawahnya karena dianggap tidak lagi menguntungkan.

"Memang pemda sudah mendorong agar setiap desa mempunyai peraturan desa [perdes] tentang sawah abadi. Masalahnya, tidak semua SDM di desa mampu membuat perdes. Jadi, harus ada perda, yang menguatkan perda rencana tata ruang wilayah," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdi Ardia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper