Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Liponsos Keputih, Panti Pengidap Kelainan Jiwa

Penderita gangguan jiwa mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kota Surabaya. Dinas Sosial Kota Pahlawan memiliki tempat penampungan bernama UPTD Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih. Di tempat inilah mereka dirawat, diberi makan, dan bahkan menghembuskan nafas terakhir.
Panti Jompo. Surabaya miliki Panti Liponsos Keputih untuk Pengidap Kelainan Jiwa/Antara
Panti Jompo. Surabaya miliki Panti Liponsos Keputih untuk Pengidap Kelainan Jiwa/Antara

Bisnis.com, SURABAYA - Penderita gangguan jiwa mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kota Surabaya. Dinas Sosial Kota Pahlawan memiliki tempat penampungan bernama UPTD Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih. Di tempat inilah mereka dirawat, diberi makan, dan bahkan menghembuskan nafas terakhir.

Liponsos Keputih terletak di Kelurahan Keputih, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Wilayah ini berada di bagian timur Surabaya yang jauh dari pusat keramaian. Untuk mencapai tempat ini, dibutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk berjalan kaki dari terminal angkutan kota terdekat.

Bisnis.com berkunjung ke tempat ini pada Senin (28/4) siang. Sri Supatmi, Kepala UPTD Liponsos Keputih, ditemui di kantornya, di ruangan sederhana ditemani empat orang pegawai. Perempuan 55 tahun ini kemudian mengajak  masuk ke dalam Blok A yang dihuni pengidap psikotikistilah untuk penderita kelainan jiwa laki-laki.

“Saya orang Jakarta,” kata Halim, salah satu penghuni Blok A. Sri Supatmi hanya tersenyum mendengar jawaban Halim.

Dia baru saja menjelaskan daerah asal para penghuni pondok sosial yang dipimpinnya itu ketika Halim datang langsung memperkenalkan diri.

“Ada yang dari Jabar, Jakarta, bahkan Papua. Mereka kami razia dari jalanan Kota Surabaya,” tutur Sri Supatmi.

Dia  wajar tersenyum karena Halim berbicara dengan logat Madura, bukan logat Jakarta. Tidak ada yang tahu pasti apakah pria paruh baya tersebut memang pernah tinggal di Jakarta.

Blok A terdiri dari beberapa ruang tidur. Tidak ada kasur dan bantal. Namun ruang tidur itu cukup bersih dengan lantai yang terbuat dari keramik. Di tempat ini juga terdapat toilet dan tempat duduk untuk para penghuni.

Para penghuni hanya duduk-duduk menerawang. Sebagian lagi berjalan-jalan tak jelas arah. Nyaris tidak ada pembicaraan di antara mereka. Satu kesamaan dari semua penghuni itu adalah rambut mereka yang dicukur cepak. “Kalau tidak dicukur, rambut mereka bisa panjang dan kelihatan ngeri,” ujar pegawai negeri sipil di Pemkot Surabaya ini.

Per 27 April 2014, Liponsos Keputih menampung 1384 orang. Sekitar 1196 orang, atau 80 persen lebih, adalah penderita psikotik seperti Halim. Sisanya adalah gepeng, waria, dan wanita tuna susila.

Sri Supatmi tidak canggung menemani Bisnis.com masuk ke dalam Blok A. Padahal di tempat itu para penghuninya ada yang tidak mengenakan celana, bahkan telanjang bulat. Mereka juga kencing bahkan buang air besar sembarangan. Perempuan yang menjadi Kepala UPTD Liponsos sejak tahun 2007 ini juga tidak risih disalami oleh penghuni.

Pekerjaan Sri Supatmi tidak mudah. Kapasitas Liponsos sebenarnya hanya untuk 500 orang, namun penghuninya melonjak hampir tiga kali lipat. Untuk mengatasi kelebihan kapasitas ini, Pemkot Surabaya sedang membangun satu blok lagi di area belakang Liponsos.

Pada 2014, Pemkot mengalokasikan anggaran Rp8 miliar kepada Liponsos Keputih. Dana ini sebagian besar digunakan Sri Supatmi untuk memberi makan penghuni. “Tiap orang diberi jatah Rp15.000 per satu hari untuk tiga kali makan,” ujar sarjana ekonomi ini. Sisanya digunakan untuk menggaji 52 petugas yang 49 di antaranya berstatus pegawai kontrak.

Kunjungan Bisnis.com bertepatan dengan waktu makan siang. Makanan yang diberikan cukup sederhana. Nasi sepiring dengan sayur kangkung dan lauk tahu. “Kenapa tidak pakai sayur?” tanya Sri Supatmi kepada salah satu penghuni yang sedang makan. Orang yang ditanyai tidak menjawab dan melanjutkan makannya.

Selain makanan, para penghuni juga mendapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Dengan sistem BPJS Kesehatan, perawatan pasien sakit dilakukan secara berjenjang. “Kami bekerja sama dengan Puskesmas Keputih. Rujukannya nanti ke RS Soewandi, RS BDH (Bhakti Dharma Husada), dan RSUD Soetomo,” kata Sri Supatmi menyebut nama rumah sakit di Kota Surabaya.

Liponsos Keputih juga menjalin kerja sama dengan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur, Surabaya. Tiap bulan 50 orang penghuni mendapat perawatan dari RSJ milik Pemerintah Provinsi Jatim itu.

Perawatan dari RSJ tidak mengurangi jumlah penghuni. Pada tahun 2014 saja jumlah penghuni bertambah tiap bulan. Pada Januari ada 724 orang laki-laki dan 441 perempuan; Februari 750 laki-laki dan 450 perempuan; Maret 754 laki-laki dan 450 perempuan. Kenaikan ini disebabkan tiap bulan ada sekitar 40-60 laki-laki dan 16-18 wanita yang dirazia di jalanan Kota Surabaya.

Namun jumlah penghuni bisa juga berkurang. Itu apabila ada keluarga yang membawa pulang sanak saudara mereka dari tempat tersebut. Jika tidak ada yang membawa pulang, maka Liponsos Keputih pun menjadi tempat para penghuni menghabiskan sisa hidup mereka. “Ya, sampai meninggal di sini,” kata Sri Supatmi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper