Bisnis.com, TOKYO – Para ekonom menyarankan Jepang untuk menunda stimulus hingga awal tahun mendatang, dari sebelumnya Juli 2014 ini.
Ekonom Itochu, Yoshimasa Maruyama, menyampaikan pelemahan pertumbuhan saja tidak akan cukup menjadi alasan untuk menambah pelonggaran.
Bank of Japan (BOJ) berupaya keras untuk mencapai target inflasi pada tahun ini melalui pelonggaran kebijakan moneter tambahan. Seperti diketahui, ekonomi Jepang masih dalam kondisi lemah.
Berdasarkan data triwulanan yang dirilis Rabu kemarin, BOJ memperkirakan kenaikan rata-rata harga makanan di Jepang adalah 1,9% pada tahun fiskal dan 2,1% pada tahun depan. Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda menyampaikan, pencapaian target inflasi 2% Jepang belum mencapai momentumnya.
Jepang juga menghadapi penurunan pada upah pokok tenaga kerja dan produksi industri, serta pengurangan tekanan harga dari pembiayaan energi. Kondisi ini membuat ekonom Jepang membatalkan saran atas perluasan stimulus yang harus dilakukan oleh BOJ tahun ini.
Di saat BOJ memangkas perkiraan pertumbuhan untuk tahun ini, Kuroda mengatakan bahwa sebelumnya ia telah memprediksi pelemahan ekonomi akibat ketetapannya atas pajak penjualan.
Menurut perkiraan rata-rata dewan BOJ, inflasi tahun ini adalah 1,3%. Ekonomi diperkirakan tumbuh 1,1% pada tahun fiskal, dan tumbuh 1,5% pada tahun depan.
Aktivitas manufaktur Jepang pada bulan April jatuh ke level terendah. Produksi industri pada Maret lalu meningkat 0,3% dari bulan sebelumnya, jauh dari prediksi Bloomberg pada beberapa ekonom, yaitu perolehan 0,5%.