Bisnis.com,JAKARTA- Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengatakan Indonesia disebut dan dibicarakan sebagai negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati (mega biodiversity).
Namun kenyataannya banyak yang tergerus terus-menerus sehingga perlu adanya data dan inventarisasi.
"Dimana-mana kita bangga jadi bangsa kaya, tetapi kita sendiri tidak tahu, yang kita pegang berapa. Sehingga benar-benar harus diberi perhatian serius terhadap biodiversity di Indonesia,” katanya dalam rilis Menteri LH, Rabu (30/4/2014).
Dia menambahkan pentingnya pengarusutamaan biodiversity di segala aspek pembangunan, terutama dalam rencana pembangunan jangka menengah dan panjang tahun 2015-2020. Inventarisasi keanekaragaman hayati pun penting, agar diketahui pasti apa saja milik Indonesia.
Kepala LIPI Lukman Hakim mengungkapkan buku tentang keanekaragaman hayati Indonesia ini merupakan otoritas keilmuwan hayati yang menjadi tugas dan mandat LIPI.
Dalam buku yang masih menunggu berbagai masukan dan revisi ini tertuang isu-isu keanekaragaman ekosistem, spesies dan genetik.
"Terungkap pula sejauh mana peran keanekaragaman hayati, indikator dan bencana biologi dan kehilangan keanekaragaman hayati," ucap Lukman.
Keanekaragaman hayati atau biological diversity dapat diterjemahkan sebagai semua makluk yang hidup di bumi termasuk semua spesies tumbuhan, binatang dan mikroba.
Indonesia merupakan satu dari 12 pusat keanekaragaman hayati dunia yang memiliki sekitar 28.000 jenis tumbuh-tumbuhan dan di antaranya terdapat 400 jenis buah-buahan yang dapat dimakan dan sangat bermanfaat sebagai sumber keragaman genetik bagi program pemuliaan.
Selain itu, Indonesia memiliki 7500 jenis tumbuhan obat yang merupakan 10% tumbuhan obat yang ada di dunia.
Namun demikian, baru 940 spesies tanaman yang telah diidentifikasi dan lebih dari 6.000 spesies tanaman bunga, liar maupun terpelihara telah dimanfaatkan untuk keperluan bahan makanan, pakaian dan obat-obatan.
Nilai keanekaragaman hayati tersebut cukup besar, namun masih terabaikan karena belum seluruhnya dapat dinilai secara moneter.
Buku ini tersusun atas kerja sama KLH, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Hadir pula dalam soft launching tersebut Kepala LIPI Lukman Hakim dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana.